Rembang, 15 Mei 2017 di sekitar kota Rembang Jawa Tengah
Kehidupan ibarat panggung sandiwara yang selalu berputar seiring bergantinya tahun, bulan, hari bahkan waktu. Allah menciptakan takdirnya dengan sesi kehidupan yang berbeda-beda. Kehidupan tersebut sudah tertuliskan di kitab yang abadi, bernama Lauhil Mahfudz. Di kitab itulah semua takdir manusia sudah ditetapkan olehNya. Termasuk rikzi yang berbeda-beda.
Aku Nitta, Mahasiswa Uin Maliki Malang. Ku tuliskan kata-kata yang kuringkas dalam sebuah cerita. Cerita ini penuh dengan inspirasi, karena mengharukan, penuh dengan kegigihan, dan keberanian. Ku ambil hikmah kehidupan dari sesosok orang yang gigih dalam bekerja demi mendapatkan sesuap nasi. Sesosok yang menjadi inspirasi bagiku, walaupun hanya seorang si tukang sayur. Yah, ku petik hikmah kehidupan dari si Tukang Sayur.
Seorang ibu berkulit sawo matang, berpakaian sederhana, beranak 2, hidup dengan kesederhanaan. Itulah ciri-ciri dari si Tukang Sayur yang berkelana dari rumah satu kerumah yang lainnya tanpa rasa mengeluh dan penuh kesemangatan. Orang-orang setempat menyebutnya dengan ibu Rusmiyatun. Seorang ibu rumah tangga yang mempunyai usaha kecil yaitu menjual sayur keliling setiap hari, tepatnya di pagi hari.
Ibu Rusmiyatun terkenal dengan penjual sayur yang ramah dan bijak. Sayur dagangannya terkenal segar dan murah. Ibu Rusmiyatun mempunyai usaha sayur sejak suaminya meninggal dunia. Suami Ibu Rusmiyatun meninggal dunia ketika anak keduanya lahir. Sejak itulah Ibu Rusmiyatun menggantikan sesosok ayah untuk anak-anaknya. Beliau mengatakan “ siapa lagi nak kalau bukan ibuk yang bekerja? Ibuk menginginkan kedua anak-anak ibuk sekolah dan kehidupan rumah tercukupi. Hanya Allah yang menemani ibuk, disaat suka dan duka.
Jerih payah si Tukang sayur tiada tara. Usaha kecil yang ia kelola berpuluh-puluh tahun kini teman hidupnya. Teman berkelana bersama sayur mayur yang segar seperti orang yang menjualnya. Omset yang ia dapatkan lumayan cukup untuk makan sehari-hari. Modal yang ia keluarkan hanya Rp 100.000 saja. Modal yang sangat sedikit akan tetapi tekad dan keoptimisan yang kuat. Ibu rusmiyatun hanya yakin satu kalam Allah yang berbunyi
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ إِلَّا أَنْ تَكُونَ تِجَارَةً عَنْ تَرَاضٍ مِنْكُمْ وَلَا تَقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا (29)
"Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perdagangan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; Sungguh, Allah Maha Penyayang kepadamu".
Kehidupan yang ia jalani sangatlah menginspirasi bagi kaum muda-mudi. beliau mengajarkan kepada kita sebagai kaum muda agar selalu gigih dalam bekerja, berusaha, tanpa ada rasa mengeluh sedikitpun. Seperti halnya ibu Rusmiyatun yang sekarang menjadi kepala rumah tangga di ranah keluarganya. Yah, tidak bisa dipungkiri, beginilah kehidupnya. Menjadi tukang sayur keliling adalah suatu usaha yang halal, penuh dengan Ridho sang Ilahi Robbi.
Ibu Rusmiyatun menjajakan dagangannya dengan menggunakan sepeda motor yang berinisial honda, dengan plat nomor K 2436 AD. Sepeda motor peninggalan almarhum suaminya. Yah itulah satu-satunya harta benda peninggalan almarhum ketika masih menghirup nafas di bumi. Tak kenal lelah, trus berpetualang, demi mendapatkan sehelai uang untuk dijadikannya sumber hidup untuk anak-anak. Ia menginginkan anak-anaknya menjadi anak-anak yang pintar, bergelar sarjana, dapat sukses dikemudian hari.