Lihat ke Halaman Asli

Devita Melanie Candra

UPN "Veteran Yogyakarta

Normalisasi Pelecehan Seksual di Lingkungan Pendidikan

Diperbarui: 9 Agustus 2022   22:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pelecehan seksual dilingkungan Pendidikan seoalah menjadi hal yang “biasa” saja dan dianggap kurang serius oleh instansi Pendidikan. Instansi Pendidikan seolah hanya mementingkan nama baik instansi tanpa mementingkan apa yang terjadi kepada siswa/siswi nya.

Banyak sekali kita melihat kasus-kasus pelecehan seksual yang seoalah hilang diterbawa ombak. Sebagai contoh kasusnya adalah kasus pelecehan seksual terhadap salah satu mahasiswi UNRI yang tidak mendapatkan pembelaan dari pihak intansi yang bersangkutan. Bukan hanya di UNRI saja, pasti banyak sekali kasus-kasus pelecehan seksual di kampus maupun sekolah yang tidak di angkat ke public guna menjaga nama baik instansi.

Kassus-kasus pelecehan seksual di Indonesia bisa di bilang sangat tinggi. Hal ini terjadi karena masyarakat menormalisasikan pelecehan seksual terutama pada lingkungan Pendidikan. Korban-korban dari pelecehan seksual tidak pernah mendapatkan perhatian khusus sehingga mereka memilih bungkam dan menyimpan semuanya sendirian karena mereka tahu bahwa apa yang nantinya mereka sampaikan justru akan menjadi boomerang untuk mereka sendiri.

Mengapa hal tersebut bisa menjadi boomerang untuk mereka sendiri ?? Ada beberapa aspek mengapa hal-hal yang di sampaikan oleh korban pelecehan seksual akan menjadi  boomerang untuk mereka sendiri. Yang pertama, korban pelecehan seksual kebanyakan tidak mempunyai bukti yang kuat untuk membuktikan bahwa diri nya mengalami pelecehan seksual. Biasanya korban pelecehan seksual hanya mengandalkan perkataannya untuk mendapatkan sebuah keadilan. Hal ini lah yang terkadang menjadi boomerang untuk mereka karena mereka akan dianggap berbohong dan berkata tidak benar apalagi jika pelaku memiliki jabatan yang tinggi di lingkungan pendidikan. Yang ke dua, korban pelecehan seksual justru akan disalahkan atas apa yang mereka alami. Banyak sekali oknum yang menyalahkan pakaian korban yang terlalu terbuka dan ketat, cara berjalan mereka yang terlalu menonjol dan lain sebagainya. Yang ke tiga, korban pelecehaan seksual enggan untuk speak up karena mendapatkan ancaman dari pelaku. Acaman nya bermacam-macam mulai dari “kalau kamu speak up, nilai kamu akan saya kecilkan” atau bisa juga “kalua kamu speak up, saya ga akan segan segan untuk melakukan yang lebih kepada kamu.”

Sebagai seorang masyarakat yang peduli akan isu-isu sosial, kita harus bisa Bersama-sama membanggun rasa percaya kepada korban pelecehan seksual untuk menciptakan rasa aman dan nyaman untuk mereka. Trauma yang di alami oleh korban harus segera ditangani guna menjamin kehidupan mereka kedepannya. Kalau kita tidak membantu dengan tenaga setidaknya kita jangan menjadi salah satu dari pelakunya. Yuk sama-sama wujudkan INDONESIA BEBAS PELECAHAN SEKSUAL !!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline