Lihat ke Halaman Asli

Review film "Bumi Manusia"

Diperbarui: 19 Januari 2024   14:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Review Film Bumi Manusia

Identitas Film

  • Judul: Bumi Manusia
  • Produksi: Falcon Pictures
  • Durasi: 181 menit
  • Negara: Indonesia
  • Bahasa: Indonesia, Jawa, Belanda
  • Anggaran: Rp30 miliar
  • Pendapatan: Rp52,7 miliar (perkiraan)

Isi/Review Film

"Bumi Manusia" menceritakan kisah Minke (diperankan oleh Iqbaal Ramadhan) yang terperangkap dalam kemajuan Eropa dan perjuangan untuk membela tanah airnya. Hubungannya dengan Annelies (diperankan oleh Mawar de Jongh) dan Ontosoroh (diperankan oleh Sha Ine Febriyanti), warga lokal yang ditindas oleh pemerintahan kolonial, menjadi fokus utama film ini. Ditambah, konflik yang terjadi saat Minke berusaha menjembatani jurang antara "terperintah" (bumiputra) dan "memerintah" (Eropa).

Film ini terkadang terlalu terfokus dalam menyampaikan pesan politiknya yang kompleks, mengakibatkan beberapa momen terasa dipaksa dan kurang alami. Selain itu, penokohan Minke bisa lebih dieksplorasi agar penonton lebih terhubung dengan perjuangannya. Dalam beberapa aspek, film ini belum sepenuhnya menunjukkan kedalaman dan kompleksitas buku Pramoedya Ananta Toer yang menjadi dasarnya.

"Bumi Manusia" berhasil menciptakan gambaran otentik tentang periode sejarah Indonesia yang penting. Film ini juga mencakup kritik sosial yang kuat dan relevan hingga hari ini. Penampilan dari pemain utama seperti Iqbaal Ramadhan dan Mawar de Jongh sangat memuaskan, sanggup mewujudkan kompleksitas karakter yang mereka perankan.

Secara keseluruhan, "Bumi Manusia" merupakan representasi kuat dari novel Pramoedya Ananta Toer. Meski ada beberapa kekurangan, film ini memberikan pengalaman yang mendalam dan wawasan berharga tentang sejarah Indonesia. Selain menghibur, film ini juga mengedukasi kita tentang perjuangan dan resistensi rakyat Indonesia terhadap penjajahan dan ketidakadilan sosial.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline