Lihat ke Halaman Asli

Devita

Mahasiswa

Politik Luar Negeri Indonesia: Bagaimana Indonesia menjaga Hubungan dengan AS dan Cina di Tengah Persaingan antara AS dengan Cina

Diperbarui: 5 Desember 2023   10:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi. (iStockphoto/Dilok Klaisataporn)

Indonesia sejak tahun 1948 telah dikenal sebagai negara bebas aktif dalam kebijakan luar negerinya. Dalam menerapkan prinsip bebas aktif ini, Indonesia berusaha untuk bersikap netral dan tidak memihak blok manapun dalam melakukan politik luar negerinya. Namun, Indonesia juga tetap aktif dalam menjaga hubungan internasional dengan berbagai negara, walaupun Indonesia tidak terikat dengan blok atau aliansi tertentu.

Persaingan antara Amerika Serikat (AS) dan Cina yang terus berlangsung sejak tahun 2018 ini menimbulkan ketegangan dalam sistem internasional dan memengaruhi dinamika hubungan antar negara, dan hal ini juga berdampak pada berbagai aspek, seperti politik, ekonomi, keamanan, dan teknologi. Karena AS dan Cina merupakan negara yang sama-sama negara memiliki kekuatan besar dalam dunia internasional, menyebabkan ketidakpastian bagi negara-negara, khususnya di kawasan Pasifik, seperti negara-negara di Asia Timur dan Asia Tenggara. Indonesia sebagai negara besar di Asia Tenggara, serta memiliki wilayah yang strategis, membuat Indonesia harus bijaksana dan hati-hati dalam mengelola hubungannya dengan AS dan Cina.

Dalam persaingan yang terjadi antara AS dan Cina tersebut, Indonesia dengan prinsip bebas aktif nya berusaha untuk menjaga keseimbangan dalam hubungannya dengan AS maupun Cina, dengan mempertahankan kedaulatannya dan untuk mencapai kepentingan nasional. Seperti yang kita ketahui, Indonesia memiliki hubungan yang baik dengan AS dan Cina. Dimana AS merupakan salah satu mitra dagang terbesar Indonesa dan merupakan salah satu investor terbesar dalam berbagai sektor. AS juga menjalin kerja sama dengan Indonesia dalam bidang keamanan dan pertahanan, serta Indonesia dan AS sering kali bekerja sama dalam mengatasi isu-isu global. Namun, Indonesia juga memiliki hubungan yang sangat baik dengan Cina, dimana Cina dan Indonesia memiliki hubungan ekonomi yang meliputi perdagangan dan investasi, serta kerja sama dalam sektor maritim. Indonesia dan Cina juga menjalin kerja sama yang signifikan dalam proyek-proyek infrastruktur.

Upaya politik luar negeri Indonesia untuk menjaga hubungan dengan AS dan Cina adalah dengan melalui konsep dynamic equilibrium atau keseimbangan dinamis yang diperkenalkan oleh mantan Menteri Luar Negeri Indonesia, Marty Nalategawa. Konsep ini mengacu pada strategi untuk menerapkan kerja sama bilateral yang beprinsip bebas aktif dalam menjaga keseimbangan antara negara-negara dengan tetap mengutamakan kepentingan nasional. Dalam konteks persaingan AS dan Cina, konsep ini digunakan untuk menunjukkan posisi Indonesia yang tidak berpihak ke negara manapun dan tetap berperan aktif dalam membantu menemukan solusi yang saling menguntungkan bagi kedua negara agar tidak ada negara yang lebih dominan. Bagi Indonesia, menjaga hubungan dengan kedua negara melaui kerja sama dan kolaborasi merupakan pilihan terbaik untuk mencapai kepentingan nasional.

Dalam politik luar negeri nya, Indonesia dalam bidang keamanan menyatakan komitmennya untuk terus bekerja sama dengan AS. Menteri Pertahanan Republik Indonesia, Ryamizard Ryacudu menyampaikan bahwa kerja sama pertahanan dan keamanan antara Indonesia dan AS berada di level yang strategis yang didukung karena adanya kesamaan perspektif dalam menilai dan mengantisipasi isu-isu strategis. Bentuk kerja sama antara Indonesia dan AS ini berupa kunjungan pejabat tinggi Angkatan Bersenjata, pertukaran informasi strategis, pendidikan inteligen, beasiswa ke akademi militer di AS, dan penyelenggaraan pendidikan serta latihan bagi Pasukan Khusus Indonesia dan Pasukan Ranger. Namun, adanya kerja sama Indonesia dan AS di bidang keamanan bukan berarti Indonesia melakukan aliansi keamanan dengan AS.

Kemudian, hubungan Indonesia dengan Cina dalam bidang ekonomi telah berlangsung sejak lama, terutama dalam sektor perdagangan, investasi, dan proyek-proyek infrastruktur. Terutama pada masa pemerintahan Presiden Jokowi, Cina menjadi salah satu investor terbesar dalam pembangunan infrastruktur secara besar-besaran yang dilakukan di Indonesia. Dan pada tahun 2020, Indonesia dan Cina sepakat untuk terus memperluas kerja sama mereka ke sektor lainnya.

Pada saat dunia dihadapkan dengan pandemi Covid-19, Indonesia melakukan kerja sama dengan AS dan Cina di bidang kesehatan untuk memenuhi kebutuhan vaksin. Kerja sama yang dilakukan Indonesia dengan AS ini dilakukan guna mengurangi kesenjangan akses terhadap vaksin dan obat-obatan Covid-19, serta mengantisipasi potensi adanya pandemi di masa depan. Melalui kerja sama ini, Indonesia juga mendapatkan vaksin Pfizer dan Moderna dari AS. Kemudian melalui kerja sama yang dilakukan dengan Cina, Indonesia berhasil mendapatkan tiga jenis vaksin dari Cina yaitu Sinovac, Sinopharm, dan CanSino. Indonesia yang menghadapi tantangan dalam penanganan Covid-19, memerlukan kerja sama global untuk memenuhi kebutuhannya. Dengan adanya diplomatik vaksin yang dilakukan Indonesia dengan AS dan Cina membuat Indonesia berhasil mempercepat pemulihan dan penguatan terhadap ketahanan kesehatan global.

Negara-negara di ASEAN yang secara ekonomi bergantung kepada Cina dan di sisi lain bergantung pada jaminan keamanan kepada AS, membuat ASEAN dihadapkan dengan tantangan dan tekanan dari kedua belah pihak. Indonesia sebagai anggota kunci di ASEAN, memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan di tengah-tengah persaingan antara AS dan Cina. Indonesia berupaya untuk tetap mempertahankan netralitas dan tidak terlibat secara penuh dengan konflik antara AS dan Cina, dan memastikan bahwa kebijakan ASEAN tetap memprioritaskan kepentengan bersama. Dalam konflik Laut Cina Selatan, Indonesia menggunakan ASEAN untuk memastikan adanya keteraturan kawasan dan menjaga kesatuan ASEAN untuk mendapatkan tempat utama di kawasan. Indonesia yang tidak terlibat secara langsung dengan konflik tersebut, menjadi aktor penengah dan membantu menyelesaikan konflik antara Filipina, Vietnam, Malaysia, dan Brunei Darussalam  dengan Cina. Melalui konsep dynamic equilibrium maka akan terjadi keselarasan dalam kerja sama antar negara ASEAN, sehingga terciptanya kerja sama yang saling menguntungkan tanpa adanya dominasi tunggal di kawasan tersebut.

Politik luar negeri Indonesia di tengah-tengah persaingan antara AS dan Cina dihadapkan dengan tantangan dan peluang. Indonesia yang memiliki prinsip bebas aktif berusaha untuk tetap netral dalam politik luar negerinya, namun tetap memprioritaskan kepentingan nasionalnya. Melalui konsep dynamic equilibrium, Indonesia berupaya untuk menjaga keseimbangan hubungan dengan AS maupun Cina. Oleh karena itu, dalam kerja sama yang dilakukan Indonesia dengan AS maupun Cina terdapat batas-batas agar tidak adanya kekuatan dominan dalam hubungan internasional. Dimana hal ini juga berkaitan dengan prinsip politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline