Lihat ke Halaman Asli

30 Hari Bercerita di Januari 2018

Diperbarui: 4 April 2018   17:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Assalamualaikum.... Salah satu resolusiku di tahun baru ini adalah "konsisten" dan "komitmen" dalam merangkai kalimat. Semoga niat dan tekad yang tulus ini dapat menciptakan tulisan yang bermanfaat setiap hari. Aku mulai dari tanggal 1 Januari sampai 9 Januari 2018 ya. Bismillah.....

________________________________________

HARI KE-1

Ternyata pernah bikin karya juga di awal tahun Ikhlas itu susah. Ikhlas itu payah. Berserah diri pada-Nya adalah jalan satunya. Tidak ada kata mengulang. Hanya ada kata jalankan. Pertanyaan yg kini dibenak, telah terjawab dengan 1 rumusan. "Kembalilah pada-Ku", berseru. (dv) #1januari #5tahunlalu #poetry #puisi #sastra

________________________________________

HARI KE-2

Makan siang serba ter... ter... ter... Terlama, terpayah, terminimalis, dan terlalu. Tapi sungguh menyenangkan, ada cerita dibalik aktivitas "menunggu". Ketika kesetiaan, keberkahan, dan keterlibatan penuh rahmat. Hujan pun turut membersamai kami. Ludo jadi saksi betapa simple perjumpaan mendadak ini. Ya, entah mengapa mendadak selalu jadi. Mungkin alasan jika instan begitu nikmat. Ah, ambigu selalu merajai setiap kata2. Semua bergantung bagaimana si empu-nya logika berproses. Sekali lagi, bersyukur atas segala karunia "menunggu"

________________________________________

HARI KE-3

Bagi saya waffle ini bukan sembarang waffle. Tapi kue ulang tahun penuh cinta, dipesan secara mendadak atas diskusi kami, tempatnya pun kebetulan tanpa rencana. Ya, di sebuah warung milik sahabat. Sayang, ia tidak bekerja disana. Hanya berjumpa dengan karyawan2nya. Sempat terbayang, plak! Sukses bukan diukur dari itu, tapi diukur dari seberapa layak kau memaknai sepotong waffle ini. 

Terlihat manis, bukan? Es krimnya, kuenya, almondnya, tegas krenyes-krenyes bunyinya. Saya suka tawa lepasnya, tatapan, ucapan, kebersamaannya bahkan dia manis seperti kudapan ini. Walaupun terlihat sehelai rambut di pisin, tak membuat pudar pemandangan dan rasa manis. Tanpa sadar tiga jam berpendar rasa rindu. Tak sangka sebuah perhatian mendarat di leher jenjang. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline