Lihat ke Halaman Asli

Bagaimana Kota Tangerang Selatan Saat Ini?

Diperbarui: 17 Desember 2016   23:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kota Tangerang Selatan, wilayah termuda hasil pemekaran otonomi provinsi Banten. Tangerang Selatan merupakan salah satu kota penyangga Ibu Kota DKI Jakarta. Semakin berkembangnya zaman, dan meningkatnya laju pertumbuhan penduduk di Indonesia, kepadatan penduduk juga merupakan isu kependudukan yang terdapat di kota hasil pemekaran Kabupaten Tangerang ini.

Tangerang dengan ibu kota dan letaknya geografisnya sebagai pintu gerbang DKI Jakarta dari arah barat maka akan menimbulkan interaksi yang menumbuhkan fenomena interdependensi atau saling ketergantungan yang kemudian berdampak pada timbulnya pertumbuhan pada wilayah tersebut. Kondisi ini tentu otomatis akan memicu timbulnya mobilitas penduduk di daerah Tangerang Selatan. Dengan ciri mobilitas penduduk dan status sebagai daerah penyangga ibu kota, akan mengakibatkan tingginya laju pertumbuhan penduduk di daerah Selatan Kabupaten Kota Tangerang tersebut. Sehingga berdampak pada jumlah penduduk yang besar dan tingkat kepadatan yang tinggi.

Hari ini, masyarakat tidak lagi kesulitan untuk berpindah dari suatu tempat ke tempat yang lainnya. Perkembangan zaman sudah membuktikan. Mulai dari masyarakat yang bepergian menggunakan sepeda ontel, sepeda motor, sampai kemudian menggunakan kendaraan beroda empat seperti mobil. Sebagian masyarakat saat ini sudah menggunakan mobil dalam mencapai tujuan mereka. Termasuk masyarakat Kota Tangerang Selatan sendiri. Meningkatnya kepadatan jumlah penduduk ditambah dengan kendaraan bermotor, menimbulkan suatu masalah baru, yaitu kepadatan lalu lintas. Kemacetan seringkali terjadi di daerah-daerah di Kota Tangerang Selatan. Kemacetan bukanlah hal yang baru lagi bagi penduduk Kota Tangerang Selatan sendiri.

Titik rawan kemacetan Kota Tangerang Selatan antara lain yaitu Jalan Raya Serpong, Perempatan Jalan Pahlawan Seribu menuju kampus ITI, Perempatan Puspitek Pasar Jengkol, Pasar Jombang sekitar jalan tol, Perempatan Bintaro, Pertigaan Pasar Ciputat, Perempatan Pondok Cabe dan titik-titik kemacetan lainnya. Kemacetan bukanlah hal suatu yang tidak lazim lagi bagi para pengguna jalan di titik-titik tersebut. Volume kendaraan terus meningkat pada waktu tertentu, misalnya pagi hari saat orang-orang hendak berangkat kerja ataupun berangkat sekolah. Begitupun saat siang hari saat pelajar hendak pulang ke rumah dari sekolah ataupun para pekerja yang hendak pulang dari kantor. Volume kendaraan terus bertambah menimbulkan barisan-barisan kendaraan yang panjang untuk melewati jalan-jalan tersebut. Faktor penyebab kemacetan ini pun tidak hanya masalah kepadatan penduduknya yang semakin meningkat. Selain itu fasilitas dan utilitas transportasi yang kurang memadai juga menjadi salah satu penyebabnya.

Masyarakat Indonesia sangatlah bergantung pada penggunaan kendaraan pribadi. Masyarakat Indonesia umumnya lebih memilih bepergian dengan kendaraan pribadi dibandingkan dengan menggunakan kendaraan umum ataupun berjalan kaki. Begitupun yang terjadi di Kota Tangerang Selatan. Pernahkah terpikirkan di benak, alangkah indahnya Kota Tangerang Selatan apabila masyarakat setempat dapat berkontribusi mengurangi kemacetan yang ada dengan memberdayakan penggunaan kendaraan umum dan berjalan kaki. Selain itu juga mengurangi pencemaran udara akibat polusi yang dihasilkan oleh kendaraan tersebut. Pada Kota Tangerang Selatan sendiri sudah terdapat salah satu perwujudan hal tersebut, yaitu dengan adanya Bus Anggrek yang beroperasi setiap harinya dari Kantor Walikota Tangerang Selatan. Layanan Bus Anggrek ini ialah untuk dapat memfasilitasi penduduk Kota Tangerang Selatan dalam berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya tanpa harus menggunkakan kendaraan pribadi. Masyarakat cukup tertarik dengan keberadaan Bus Anggrek ini. Dilengkapi dengan Air Conditioener(AC) dan desain dalam bus yang nyaman. Terlebih lagi penumpang tidak dikenakan biaya sepeser pun. Namun, dengan adanya hal ini menimbulkan kembali masalah yaitu para sopir angkutan kota (angkot) yang merasa tersaingi dengan adanya Bus Anggrek ini. Sehingga informasi mengenai waktu beroperasinya Bus Anggrek ini pun tidak diketahui dengan pasti karena sopir bus yang resah apabila ketahuan menarik penumpang oleh sopir angkutan kota (angkot). Pada akhirnya pengoperrasian Bus Anggrek pun tidak berjalan dengan normal sesuai rencana. Banyak masyarakat yang tidak dapat menikmati fasilitas tersebut dan kembali menggunakan kendaraan pribadi.

Selain itu, fasilitas untuk pedestrian yang dapat dibilang sangat kurang di Kota Tangerang Selatan menyebabkan penduduk malas untuk berjalan kaki. Walaupun masalahnya juga karena iklim di Kota Tangerang Selatan yang tidak memungkinkan untuk dapat memberdayakan berjalan kaki menjadi pilihan untuk bepergian, namun dengan pengoptimalan fasilitas pedestrian hal ini dapat menjadi mungkin. Pemerintah dapat mempertimbangkan untuk dapat membangun fasilitas yang pedestrian yang layak, misalnya dengan pelebaran trotoar ataupun penanaman pohon di sekitar jalan untuk menaungi para pejalan kaki itu sendiri. Sehingga dengan penanaman pohon-pohon secara merata di berbagai titik di Kota Tangerang Selatan juga dapat menyelaraskan iklim cuaca pada Kota Tangerang Selatan sendiri menjadi lebih asri dan sejuk. Selain itu, sarana pendukun lali lintas jalan seperti zebra cross ataupun lampu lalu lintas bagi para pejalan kaki. Dapat saja dilihat dari kehidupan orang-orang Barat yang mobilitasnya rata-rata dengan berjalan kaki ataupun bersepeda. Mengapa hal ini tidak dapat diterapkan di Indonesia atau Kota Tangerang Selatan? Semuanya kembali lagi pada kesadaran diri masyarakat sendiri ingin bagaimana dalam berkontribusi membangun Kota Tangerang Selatan yang lebih baik lagi. Segala upaya dapat dilakukan untuk dapat memajukan Kota Tangerang Selatan ini, namun bagaimana apabila upaya ini tidak diimbangi dengan kemauan masyarakatnya dalam mewujudkan Kota Tangerang Selatan yang asri, tentram, dan damai. Sebagai generasi muda penerus bangsa sudah sepatutnya kita memikirkan akan menjadi apa bumi tempat kaki kita berpijak ini. Semoga dengan ini dapat membangkitkan semangat membangun Kota Tangerang Selatan yang Cerdas, Modern, dan Religius.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline