Lihat ke Halaman Asli

Devira Sari

Psikolog Klinis

Tepatkah Menerapkan Pola Asuh Helicopter Parenting pada Anak?

Diperbarui: 15 Mei 2022   07:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi pola asuh helicopter parenting (Sumber: independent.co.uk)

"Kamu di mana, Yudis? Ini sudah jam 5, ayo pulang!" Suara seorang ibu terdengar dari handphone anak lelakinya yang sudah remaja, setelah mengirim beberapa WA chat berisi hal yang sama.

"Kamu tenang saja, nanti papa bicara ke Pak Imam supaya kamu bisa masuk kelas unggulan dan ikut pertukaran pelajar," seorang ayah meyakinkan anaknya yang sedang menangis sesegukan. Ika tidak lulus seleksi masuk kelas unggulan sehingga tidak punya kesempatan ikut program pertukaran pelajar. 

"Jangan main sama si Umi lagi. Dia tidak pintar dan tidak kaya. Kamu tidak akan sukses kalau berteman dengan dia," nasehat orang tua Rika untuk yang kesekian kalinya. Seluruh teman dekatnya diseleksi oleh orang tuanya berdasarkan segala macam pertimbangan.

"Gimana gurunya ini? Kok ngasih PR sulit semua? Sudah sini mama yang kerjakan, nanti kamu sakit pula," Reny pun rebahan sambil main HP karena PR-nya sudah diambil alih ibunya.

***

Familiar dengan contoh-contoh kejadian di atas? Atau malah Anda sendiri adalah orang tua yang melakukan hal tersebut pada anak-anak Anda? 

Selalu membayangi anak di manapun dia berada, mengatur jadwal kegiatannya, tidak memberikan kesempatan padanya untuk berkreasi, bergaul dan tumbuh menjadi diri sendiri, atau bahkan mendatangi guru dan bernegosiasi agar anaknya mendapat nilai bagus dan lulus ujian.

Model pengasuhan seperti ini disebut dengan helicopter parenting. Istilah helicopter parenting pertama kali digunakan di buku "Parents & Teenagers" karya Dr. Haim Ginott pada tahun 1969 oleh para anak remaja yang merasa orang tua mereka "melayang di udara" seperti helikopter, selalu mengawasi mereka setiap saat "dari atas". 

Dengan kata lain, orang tua punya fokus berlebih atau overprotektif pada anak-anaknya, mengambil semua tanggung jawab seluruh pengalaman anak terutama yang berhubungan dengan kesuksesan dan kegagalan. 

Adapun ciri-ciri helicopter parenting antara lain overprotektif, menunjukkan reaksi berlebihan terhadap kondisi anak, penuh kendali kontrol atas anak, mengatur semua jadwal anak, dan adanya tuntutan akademis yang tinggi.

Anak yang telah masuk usia sekolah biasanya sudah mulai mandiri dan mampu menangani keperluan diri sendiri. Misalnya, dalam hal membenahi buku-buku pelajaran, mengatur jadwal, dan mengerjakan pekerjaan rumah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline