Lihat ke Halaman Asli

Devira Sari

Psikolog Klinis

Pelajaran Catur

Diperbarui: 3 Juli 2021   11:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di suatu hari, seorang dosen sedang mengajarkan tiga orang mahasiswanya bermain catur. Di akhir pelajaran, dosen bertanya pada ketiga mahasiswa tersebut bidak mana yang paling disukai dan paling merepresentasikan diri mereka. Dimulai dari mahasiswa yang duduk paling kanan.

Mahasiswa 1 dengan malu-malu menjawab, "saya suka pion." Dua temannya tertawa mencemooh mendengar jawabannya, sementara dosen mengangguk-angguk. Wajah mahasiswa 1 memerah tapi ia tidak mengubah jawabannya.

Kemudian dosen menunjuk mahasiswa berikutnya. "Ratu donk! Hahaa." jawab mahasiswa 2 dengan percaya diri.

Mahasiswa 3 terlihat tak mau kalah langsung menjawab dengan lantang, "ya Raja lah. Gimana sih kalian?!"

Dosen mendengarkan jawaban ketiga mahasiswanya sambil tersenyum dan mengangguk-angguk. Lalu ia bertanya lagi, apa alasan pilihan jawaban mereka.

"P..pion itu memang kecil t..tapi dia tidak pernah mundur," jawab mahasiswa 1 sedikit terbata-bata. Ia menarik napas panjang sebelum melanjutkan, "kalau dia mampu bertahan dan berhasil mencapai ujung dia bisa jadi apa saja yang dia mau." Mahasiswa 1 menatap sinis ke kedua temannya yang masih saja tertawa.

Setelah mengapresiasi jawaban mahasiswa 1, dosen beralih ke mahasiswa 2. "Ratu bisa bergerak kemana saja. Ratu juga yang paling dapat diandalkan untuk menjaga permainan tetap berlangsung. Makanya pion pun kepingin jadi Ratu. Hahaa. Bisa dikatakan bahwa Ratu itu lebih hebat dari Raja," jawab mahasiswa 2. Kepercayaan dirinya terpancar hingga memenuhi seluruh ruangan.

Mendengar jawaban mahasiswa 2, mahasiswa 3 langsung menyambar dengan lantang, "Kata siapa Ratu lebih hebat dari Raja?! Jangan konyol, ini catur. Kalau Raja mati, game over! Pion," jarinya menunjuk ke mahasiswa 1, "bidak yang paling tidak punya hak. Maju terus sampai dimakan lawan. Siapa yang mau mati-matian untuk mempertahankan satu pion? Gak ada. You are just a sacrifice!" Ia sampai berdiri dari tempat duduknya saat berbicara. "Ratu," ia menunjuk mahasiswa 2, "kamu diberikan kemampuan lebih untuk apa? Untuk melindungi Raja. Kalian semua cuma pelayan! Sacrifice! Sehebat apapun kalian semua cuma umpan demi menjaga eksistensi Raja," tegas mahasiswa 3 dengan berapi-api seperti sedang berorasi.

Sang dosen tertawa senang melihat ketiga mahasiswanya yang begitu bersemangat dengan pendiriannya masing-masing. Sedangkan ketiga mahasiswanya masih saling adu mulut tentang kehebatan bidak masing-masing.

"Bagus sekali," dosen berkata sambil berusaha melerai ketiga mahasiswanya. "Pion itu keren, tidak mengenal kata mundur. Jika berhasil bertahan dia bisa berubah jadi bidak apapun. Pion juga merupakan pasukan garis depan, butuh nyali besar untuk berada di situ," dosen mengedipkan matanya pada mahasiswa 1. Mendengar penjelasan dosen, mata mahasiswa 1 berbinar-binar.

Dosen melanjutkan, "Dan benar sekali, Ratu adalah yang paling leluasa dalam gerak, bidak yang dipertahankan agar tetap di sisi Raja hingga akhir. Tapi...kalau Pion mampu mencapai ujung, Ratu bisa ada dua atau lebih loh." Tawa percaya diri mahasiswa 2 berubah menjadi senyum tersipu-sipu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline