Lihat ke Halaman Asli

Devine Aisyah Jenanda

Mahasiswi Kedokteran Gigi

Gangguan Kesehatan Mental Menjadi Tren Bagi Generasi z

Diperbarui: 25 Mei 2023   20:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Kemajuan zaman dan teknolgi yang pesat telah berhasil menciptakan generasi-generasi baru dan unggul, terutama pada generasi sekarang atau yang biasa kita sebut sebagai Generasi Z. Gennerasi Z (Gen Z) ditujukan bagi orang-orang yang lahir pada tahun 1995-2010. Generasi Z disebut pula sebagai generasi internet sebab banyak terpapar internet dan media sosial sejak usia muda. Dibandingkan dengan generasi sebelumnya tentu, Gen Z dipastikan lebih ungul dalam hal kecakapan teknologi, kreatifitas dan kepekaan terhadap lingkungan. Namun, secara mental Gen Z merupakan generasi yang rentan terhadap gangguan kesehatan mental.

Seperti yang sering kita jumpai di sosial media, terdapat banyak postingan yang menggambarkan bahwa kondisi mental orang-orang sedang kacau. Tidak hanya satu atau dua postingan namun, ratusan bahkan ribuan postingan mengenai depresi terus muncul setiap hari. Banyak dari mereka memamerkan foto konsultasi dengan psikolog. Entah hal semacam itu tenggah menjadi tren atau memang hal tersebut pertanda bahwa Generasi Z sedang dalam masalah ?

Tidak sedikit orang menganggap postingan-postingan tersebut hanyalah gurauan atau sekedar mencari perhatian. Stigma semacam tersebut sering dilontarkan oleh para orang tua dari generasi old dalam menanggapi permasalahan Generasi Z. Hal tersebut dibenarkan oleh pemilik akun tik tok dengan nama pengguna @Itsme, dalam sebuah komentar ia menuliskan “Bulan lalu sempet minta anter ortu ke psikolog eh malah nolak diketawaain, katanya gue sehat ngapain harus ke psikolg. Karena ngerasa ada yang nggak beres ama diri gue akhirnya gue cabut sendiri and finally gue didiagnosa pannic attack dan depresi. Gue kasih tau dong hasilnya ke ortu eh malah gue yang dikatain lemah lah, alay lah. Dah lah capek gue”

Generasi old memang dirasa lebih sulit menerima isu kesehatan mental, hal tersebut dijelaskan dalam laporan yang dirilis oleh American Psychological Association (APA) yang berjudul Stress in America : Generation Z pada Oktober 2019, dilaporkan bahwa Gen Z lebih terbuka terhadap permasalahan mental dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Gen Z cenderung melaporkan bahkan bisa menerima pengobatan atau menjalani terapi kesehatan mental dibandingkan generasi sebelumnya sebab ada banyak stigma negatif terhadap orang yang menjalani pengobatan mental di antara generasi sebelumnya

Lalu mengapa stigma negatif kesehatan mental di antara Genrasi Z menghilang ? Bukan menghilang, hanya saja stigma negatif kesehatan mental di antara Genrasi Z lebih sedikit dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Tidak dapat kita pungkiri, peran internet dan sosial media dalam menurunkan stigma negatif gangguan kesehatan mental di antara Genrasi Z sangatlah besar. Ketika ada orang yang berbicara tentang perjuangan melawan depresi mereka misalnya, hal ini membuat Gen Z paham bahwa isu tentang gangguan kesehatan mental bukanlah hal yang buruk. Menormalisasi pembicaraan tentang depresi dan kesehatan mental yang baik untuk bisa hidup dengan lebih baik. Gen Z memiliki perasaan dukungan sosial melalui koneksi online dan postingan orang-orang yang memiliki latar belakang sama, dimana hal tersebut tidak dimiliki oleh generasi sebelumnya.

Berdasarkan Western Goveros University, hanya 45% individu Gen Z menyatakan bahwa kesehatan mental mereka baik atau sangat baik. Angka presentase tersebut 11% lebih rendah dibandingkan generasi sebelumnya, yakni Generasi Milenium. Generasi Z memang lebih rentan terhadap permasalahn mental. Meskipun demikian, tidak berarti Gen Z menjadi generasi yang lemah, justru Gen Z merupakan generasi yang kuat sebab dibandingkan dengan generasi sebelumya, Generasi Z adalah generasi yang memiliki tekanan hidup paling besar. Tak heran banyak dari Generasi Z sering mengalami masalah kecamasan, depresi, bahkan percobaan bunuh diri.

Gangguan kesehatan mental bukanlah sebuah tren. Postingan orang-orang depresi di media sosial juga tidak untuk meminta perhatian. Mereka hanya berkeluh sedang dalam kesulitan dan sudah sepantasnya kita memberi dukungan. Kita tidak tahu sesulit apa hidup yang mereka jalani, namun tidak ada salahnya kita memberi harapan agar mereka tetap bertahan. Tidak sulit bukan meninggalkan satu dua kata untuk membuat orang lain bahagia ?




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline