Lihat ke Halaman Asli

DEVINA YUSPASARI PUTRI UINJKT

Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Mengapa Urbanisasi Mempengaruhi Ketersediaan Air Bersih?

Diperbarui: 17 Desember 2024   08:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Seperti yang kita tau urbanisasi adalah permasalah yang ada sampai sekarang. Berpindahnya penduduk dari desa ke kota dari tahun ke tahun selalu meningkat. Fenomena ini membawa pengaruh signifikan terhadap lingkungan, terutama dalam ketersediaan sumber air bersih.

Dengan meningkatnya jumlah penduduk di kawasan perkotaan kebutuhan air pun bisa ikut melonjak. Semakin padatnya penduduk, semakin tinggi tekanan terhadap sumber daya air bersih. Urbanisasi juga seringkali diiringi dengan pencemaran lingkungan, Hal ini yang menyebabkan air yang tersedia menjadi tercemar dan tidak layak dikonsumsi tanpa pengolahan yang lebih lanjut. 

Semakin banyak penduduk suatu daerah semakin banyak pula infrastruktur yang akan dibangun dan menyebabkan kurangnya ruang terbuka hijau dan daerah resapan air. Hutan, sawah atau tanah yang semula berfungsi menyerap air hujan menjadi lahan terbangun yang tidak mendukung siklus air.

Percepatan urbanisasi tidak selalu diiringi dengan pengembangan infrastruktur air bersih yang memadai. Sistem distribusi air, instalansi pengolahan air, dan jaringan pipa yang terbatas seringkali tidak mampu mengimbangi kebutuhan penduduk yang terus bertambah. Akibatnya, banyak penduduk perkotaan mengalami krisis air bersih.

Urbanisasi yang pesat membawa tantangan serius terhadap ketersediaan air bersih di perkotaan. Peningkatan kebutuhan air, pencemaran, dan berkurangnya daerah resapan menjadi faktor utama yang memperburuk situasi ini. kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat sangat diperlukan dalam mengelola sumber daya air agar ketersediaan air bersih tetap terjaga bagi generasi sekarang dan yang akan datang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline