Lihat ke Halaman Asli

Digital Minimalism untuk Hidup Lebih Baik

Diperbarui: 28 April 2021   23:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Pernah gak sih kalian terpikirkan bagaimana rasanya hidup di zaman dahulu? Misalnya pada zaman belum ada internet, seperti golden age islam, atau bahkan zaman yunani kuno, yang mana teknologi masih belum secanggih saat ini. Apa kalian bisa membayangkan bagaimana mereka hidup untuk mencari makanan susah karena harus beburu dahulu, atau kalau ada makanan harus segera dihabiskan karena tidak ada kulkas untuk menyimpan makanannya. Perjalanan antar kota bisa mencapai berhari-hari padahal di zaman sekarang bisa ditempuh hanya dalam hitungan jam. Hal yang sudah sangat jelas akan terjadi jika kita hidup di masa seribu tahun lalu, manusia pasti kekurangan banyak hal, mulai dari makanan, obat-obatan, hingga teknologi yang canggih.

Sadar ataupun tidak teknologi telah mengubah banyak aspek kehidupan manusia. Kekurangan yang dulu dialami oleh manusia pun mulai membaik seiring dengan berjalannya ilmu pengetahuan yang semakin maju. Tetapi kalau kita lihat sekarabg, banyak sekali masalah baru yang dapat timbul dari banyaknya hal baru yang muncul. Misalnya saja dulu orang dapat meninggal karena kelaparan, namun sekarang orang dapat meninggal karena kekkenyangan atau yang dimaksud dengan obesitas dan kelebihan berat badan. Banyak sekali penyakit-penyakit semacam degeneratif semacam itu yang timbul pada kehidupan manusia saat ini, selanjutnya tak lain dan tak bukan pengobatan beserta obat-obatan pun semakin berkembang.

Banyak sekali obat-obatan yang berkembang seiring dengan zaman, bahkan tak banyak pula yang dapat merugikan kehidupan manusia itu sendiri. Kalau dahulu orang bisa meninggal dikarenakan tidak terdapat oabt, namun kini orang dapat meninggal karena obat. Hal tersebut dapat terjadi misalnya karena overdosis, salah obat, atau semacamnya. Majunya teknologi juga dapat menimbulkan masalah baru. Kejadian seperti itu dapat terjadi dikarenakan banyaknya informasi yang mudah didapat dan semakin mudah diproduksi pula, sehingga pada akhirnya banyak informasi yang tidak berkualitas. Tak jarang pula terdapat informasi ataupun berita-berita hoax yang tentu saja dianggap merugikan.

Pada intinya kalau dahuku manusia selalu bermasalah pada kekurangan yang dialaminya, tetapi sekarang manusia justru menjadi bermasalab karena terlalu banyak hal yang dimilikinya. Hal tersebut dapat pula disimpulkan bahwa hal apapun jika terlalu banyak, pasti akan menimbulka  dampak negatif dan tidam menimbulkan dampak positif. Oleh karena itu, maka ada pula beberapa irang yang merespon hal tersebut dengan gaya hidup minimalis. Gaya hidup malis sendiri adalah suatu momen dimana kamu mengurangu semua hal yang berlebiban dalam hidup dan mulai berfokus pada sedikit hal yang memang benar-benar penting dalam hidup.

Hidup di zaman sekarang yang juga hidup dibantu dan juga dipenuhi oleh kemajuan teknologi. Misalnya saja dengan perkembangan teknologi seluruh aspek kehidupan manusia berubah semakin digital dari segala aspek kehidupan. Misalnya saja dengan adanya media sosial manusia menjadi lebih individualis dan tertutup, selain itu bisa ajdi timbul masalah lain yang dapat mengganggu kehidulan seseorang. Tak jarang pula banyak orang-orang yang menjadi kecanduan terhadap media sosial, atau hal-hal semacamnya. Tentu saja hal semacam ini dapat timbul karena orang-orang banyak mengonsumsi hal-hal yang bisa jadi kurang esensial.

Melalui digital minimalism yang merupakan penerapan dari filosofi tentang minimlism. Terdapat beberapa hal yang bisa dilakukan untuk memulai hal tersebut. Sebagai tahap pertama, terdaoat analisis yang mana kamu harus memikirkan sekaligus menyinpulkan mengenai hal apa saja yang penting dalam hidup? Ataupun tentang bagaimana konten yang seharusnya kami tonton atau konsumsi setiap hari? Mungkin memang kehidupan manusia saat ini tak mungkin terlepas dsri dunia digital, bisa jadi pula kamu salah satu diantara mereka. Sebenarnya tak ada yang salah dari hal tersebut jika konten yang kita konsumsi merupakan hal-hal yang positif. Melalui pertimbangan hal-hal tersebut analisis dilakukan bertujuan sebagai menemukan tentang target untuk memperbaiki kehidupan digital agar lebih bermakna melalui minimalism. Jika sudah menyimoulkan misalnya tentang konten apa yang ingin diikuti, maka hal tersebut juga tak menutup kemungkinan kita untuk melakukan unfriend dengan sumber konten selain yang sesuai target.

Selanjutnya juga harus konsisten pada target yang kita pilih dengan cara menghapus channel-channel ataupun akun-akun yang tidak berhubungan dengan target kamu. Hao yang dimaksudkan adalah menghapus media atau akun yang membuat konten bertentangan dengan topik yang ingin kita ikuti. Lalu kita juga busa membuat list mengenai akun ataupun channel yang sekifanya memiliki kobten yang bermanfaat dan sesuai dengan plan sebelumnya. Jika semua langkah-langkah tersebut dijalankan serta dipenuhi, maka hal tersebutlah yang dinamakan digital minimalism. Mengenai bagaimana cara kita untuk memilah dan hanya menggunakan konten atau media yang benar-benar esensial bagi kehidupan.

Langkah terakhir dalam penerapan digital minimalism tak lain dan tak bukan kita tinggal menikmati prosesnya saja. Karena setelah melkukan hal tersebut bisa jadi sosial media justru memberikan banyak sekali dampak positif dalm kehidupan kita. Hal yang perlu diingat mengenai apa sejatinya media sosial dalam kehidupan manusia hanyalah sebuah alat atau tools, yang mana tentu saja fungsinya merupakan sebagai hal yang membantu kehidupan manusia agar lebih mudah (bukan lebih susah dan bermasalah). Hal yang menentukan dampak baik atau buruknya hanyalah diri sendiri.

Jadi inti dari minimalism sendiri tentu saja mengenai bagaimana kamu mengurangi hal-hal yang tidak penting, dan fokus pada hal-hal yang oenting dalam hidup. Hal tersebut mengingatkan pada kutipan atau quotes yang berkata bahwa, "in an abundant world, knowledge is about filtering, rather than gathering information." (Vizi Andrei). Tentu saja karena itu semakin meyakinkan bahwasanya mengurangi adalah menambah, yang mana jika kita mengurangi kehidupan digital kita dari hal-hal yang tidak penting, maka akan semakin menambah dampak positif beserta produktifitas dalam hidup.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline