Lihat ke Halaman Asli

Coretan di Pagi Hari

Diperbarui: 26 Juni 2015   18:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Saya baru saja melihat sebuah video singkat berisi kisah penuh makna. Kisah ini dimulai di sebuah restoran cepat saji. Dari semua pengunjung restoran tersebut, tidak sedikit orang yang menyisakan makanannya, sehingga setelah dikumpul-kumpul, sisa-sisa makanan itu menjadi menumpuk dan semuanya dibuang ke tempat sampah. Di saat mereka sudah melupakan sisa-sisa makanan tersebut, datanglah seorang bapak dengan penampilan sederhana mengkorek-korek tempat sampah dan membawa pulang makanan-makanan buangan itu. Sesaat sebelum tiba di rumah, ia “diserbu” segerombolan anak yang dengan wajah ceria saling bercanda dan berebutan makanan tersebut, mereka bahagia, bahagia karena hari ini mereka tidak perlu kelaparan.

Sang bapak lalu pulang menuju ke rumahnya sendiri, rumah yang yah bisa disebut jauh dari layak. Di sana istri dan anak-anaknya sedang menunggu dengan wajah penuh harap. Pancaran bahagia dari wajah mereka kala sang bapak mengeluarkan 1 kantong plastik berisi makanan untuk mereka makan sekeluarga sungguh tak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Membuat orang yang melihatnya, tak kuasa menahan air mata haru. Sebelum mulai makan, sang bapak sebagai kepala keluarga memimpin doa bersama sebagai ucapan syukur kepada Sang Khalik atas rejeki yang mereka terima hari ini.

Mendengar kisah ini, masih layak kah kita untuk tidak mensyukuri apa yang kita miliki? Padalah kita hidup berkecukupan, tidak kurang suatu apapun. Masih pantaskah kita ngomel-ngomel, protes pada Tuhan atas beban hidup yang kita rasakan karena hidup tidak berjalan seperti yang kita mau? Padahal, apalah artinya beban kita dibandingkan beban yang mereka panggul. Mungkin saat kita lupa untuk mengucap syukur, kita bisa merenungkan kisah ini, belajar dari pengalaman hidup orang lain, niscaya kita dapat melihat hidup kita dari sudut pandang yang berbeda.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline