Bersih, Indah, Aman, dan Nyaman (BERIMAN) itulah semboyan dari salah satu kota Madya di provinsi Kalimantan Timur. Dilansir dari artikel kaltim.tribunnews.com Balikpapan yang pernah meraih predikat sebagai The World Most Loveable City mengalahkan Paris di tahun 2015, membuat citra Kota ini semakin meningkat dalam konteks kesempurnaan kebersihan dan kenyamanan lingkungan. Akan tetapi, predikat tersebut telah sirna dikarenakan kota ini di beberapa tahun terakhir sering diterkam oleh bencana banjir di beberapa titik tertentu. Berdasarkan paparan data dari laman cnnindonesia.com yang diungkapkan dari laporan kinerja instansi pemerintahan Dinas Lingkungan Hidup Kalimantan Timur tahun 2018, banjir merupakan salah satu dari 10 isu lingkungan yang sering terjadi di provinsi ibu kota baru. Meskipun dikatakan, isu-isu banjir di Kalimantan Timur bersifat hanya genangan sementara, akan tetapi, fenomena ini cukup meresahkan bagi masyarakat terutama di Kota Balikpapan yang notabene nya sebagai kota beriman.
Banjir memang seperti fenomena berbasis bencana yang mengantarkan pada kesengsaraan warga dan menjadi catatan bagi pemerintah untuk sigap dalam penindakan serta pencegahan. Fenomena banjir di Balikpapan terutama di tahun 2021 mengundang banyak tanya perihal penyebab pasti terjadinya banjir. Meskipun terkesan klasik, permasalahan lingkungan seperti ini tidak boleh dikesampingkan. Beberapa bulan hingga bulan Mei sekarang, tercatat bahwa banjir di kota beruang madu ini sempat menggenangkan rumah warga. Di pertengahan bulan Maret tepatnya pada tangga 23 Maret 2021, hujan deras yang berdurasi hingga sembilan jam lamanya merendam beberapa wilayah di Balikpapan seperti di Kelurahan Batu Ampar, Klandasan Ulu, Jalan Makmur II, Jalan MT Haryono, Jalan Beller, Jalan Batu Ratna (km 11), dan Kelurahan Margo Mulyo. (kaltimkece.id). Berdasarkan data yang dipaparkan di salah satu artikel berita news.detik.com, banjir yang merendam pemukiman warga Balikpapan diawali dengan guyuran hujan sejak pukul 2 pagi, dimana ketinggian air mencapai 50 cm. Yang memprihatinkan ialah ketika diketahui terdapat 115 KK dikonfirmasi mengalami kebanjiran.
Setelah beberapa bulan usai kejadian banjir di bulan Maret, akhir-akhir ini Balikpapan kembali diterpa permasalahan banjir lagi dan lagi. Di bulan Mei, tercatat daerah MT Haryono yang merupakan salah satu titik kebanjiran pada fenomena banjir di bulan Maret, kini kembali direndam oleh genangan air yang luar biasa. Dilansir dari inibalikpapan.com penyebab dari terjadinya banjir di kawasan tersebut dikarenakan adanya tertundanya upaya normalisasi daerah aliran sungai (DAS) di kawasan sungai Ampal. Meskipun, rencana normalisasi tersebut telah dicanangkan tetapi pemerintah kota Balikpapan belum juga segera merealisasikan penanganan untuk bencana banjir yang menerpa beberapa kawasan di Balikpapan. Mengingat kawasan sungai Ampal merupakan salah satu dari kawasan yang tergolong menjadi akses utama yang sering digunakan masyarakat, menitipkan kepada pemerintah untuk selalu diprioritaskan dalam penanganan permasalahan lingkungan berupa banjir di kawasan tersebut. Bahkan di laman yang sama juga menyebutkan bahwa pada tahun ini, Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kota Balikpapan mengungkapkan permasalahan banjir di Kota Beriman ini merupakan penanganan permasalahan lingkungan yang harus diprioritaskan.
Lantas sebenarnya, apa penyebab dari terjadinya fenomena yang tidak mengenakan ini? Pihak manakah yang menyebabkan cikal bakal tercemarnya citra lingkungan kota beriman ini? Fenomena ini tak serta merta menjadi peringatan untuk pemerintah dalam memikirkan upaya yang tepat dalam meminimalisir bahkan mencegah fenomena banjir tersebut, tetapi fenomena ini menjadi renungan bagi masyarakat apakah sudah berkontribusi baik dalam pemeliharaan dan pencegahan banjir. Alam mungkin bisa menjadi pemicunya, akan tetapi tak bisa sepenuhnya untuk disalahkan karena penghuni alam pun sebenarnya bisa menjadi penyebab utama terjadinya banjir. Berdasarkan beberapa artikel yang telah menguak fakta terkait fenomena dan penyebab banjir di Balikpapan, dapat digaris bawahi bahwa top three dari penyebab banjir di kota tersebut ialah intensitas curah hujan yang ekstrem, tertundanya normalisasi DAS, dan adanya disfungsi drainase.
Mengulas mengenai normalisasi sungai DAS Sungai Ampal di Balikpapan. Normalisasi sungai merupakan suatu upaya dalam menormalkan kapasitas air di sungai dengan cara meningkatkan kemampuan dalam mengalirkan air yang biasanya sangat cocok ketika suatu wilayah yang sedang diguyur hujan secara terus-menerus. Dilansir dari berita rubrik.id program normalisasi sebenarnya sudah dijalankan di dua tahun ini dan sudah dianggarkan, akan tetapi proses normalisasi di sungai Ampal masih ditangguhkan dan masih diusahakan oleh DPRD Kaltim agar Pemerintah Provinsi Kaltim mengusahakan agar program ini secara rutin dilangsungkan tidak hanya untuk kawasan Sungai Ampal melainkan di semua titik rawan banjir. Mengandalkan normalisasi mungkin dinilai cukup manjur dalam pencegahan banjir jika dilakukan secara rutin. Sehingga, kepekaan pemerintah kota dan provinsi sangat diperlukan guna mewujudkan Kota Balikpapan terbebas dari banjir. Intensitas curah hujan yang ekstrem memang tidak bisa dihindari, terlebih apabila alam memang telah menghakimi. Apabila pemerintah belum bisa melanjutkan dengan segera program normalisasi, setidaknya pemerintah dapat memulai dengan langkah-langkah sederhana seperti rutin dalam menjalankan proses drainase di saluran-saluran air. Di lain hal, dukungan dan kesadaran masyarakat juga merupakan komponen penting dalam mewujudkan kembali impian kota Balikpapan yang terbebas banjir. Seluruh warga Balikpapan juga perlu menginternalisasikan dan mengimplementasikan motto kota Balikpapan yakni Kubangun, Kujaga, dan Kubela. Permasalahan lingkungan merupakan respon alam yang berasal dari penghuni yang menstimulusnya. Fenomena banjir memang dapat terjadi karena murni berasal dari alam yang disebabkan karena curah hujan ekstrem. Akan tetapi, manusia terkadang menjadi boomerang dari banjir tersebut. Maksudnya, fenomena banjir yang merugikan masyarakat bisa saja diawali oleh ulah para manusia yang tak bertanggung jawab. Oleh sebab itu, tindakan manusia yang tidak mencerminkan pemeliharaan dan penjagaan lingkungan nantinya akan berpengaruh buruk kepada manusia-manusia lainnya. Dengan, demikian, adanya fenomena banjir ini tidak harus memojokkan petinggi atau penanggung jawab kota, melainkan sebagai renungan keras bagi seluruh warga akan pentingnya berpartisipasi dalam pemeliharaan lingkungan kota. Selain itu, pihak pemerintah juga harus meningkatkan kepekaan dan tanggung jawab dalam mengurus permasalahan lingkungan di Kota Balikpapan demi menciptakan kesejahteraan sosial masyarakat dan mempertahankan citra kota yang nyaman dan bebas bencana.
DAFTAR RUJUKAN
https://news.detik.com/berita/d-5503909/banjir-di-balikpapan-ratusan-rumah-warga-terendam