Lihat ke Halaman Asli

Devi Meilana Trisnawati

Seorang Ibu Rumah Tangga, Pengajar Paruh Waktu dan Blogger

Manisan Tak Selalu Terasa di Lidah, Tetapi Juga di Kaki, Kaki Gunung Merapi

Diperbarui: 9 Desember 2018   01:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ibu Sri Muryani (kiri) dan Kelompok Usahanya, memasarkan produk Manisan Salak dokpri

Kurang lebih terletak dalam radius 15 km dari puncak Gunung Merapi, terdapat sebuah desa asri bernama Desa Merdikorejo. Desa Merdikorejo terletak di Kecamatan Tempel, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Meski terletak di kaki gunung, desa dengan mayoritas kondisi geografis dipenuhi perekebunan salak ini rupanya sudah dapat unjuk gigi di berbagai kompetisi desa baik di tingkat kabupaten, provinsi hingga nasional.

Terbukti, beberapa penghargaan telah diraih oleh desa yang termasuk daerah rawan terkena dampak bencana Erupsi Gunung Merapi. Prestasi terakhir yang dicatatkan oleh Desa Merdikorejo adalah Juara I Lomba Desa Ramah Anak Tingkat Kabupaten Sleman pada bulan November 2018. Sebelumnya, Desa Merdikorejo juga meraih Juara Harapan V Desa Unggulan Tingkat Nasional Tahun 2017 dan Juara II Lomba Administrasi Desa Tingkat Kabupaten Sleman. Desa ini juga menjadi Kampung Siaga Bencana pada tahun 2016 dan menjadi tempat Simulasi Penanganan Tanggap Darurat Bencana oleh Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat atau TNI AD.

Dari sebuah desa berprestasi di kaki Gunung Merapi inilah lahir pula sebuah Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang digeluti oleh salah seorang penduduknya bersama anggota kelompok usaha, sebut saja ibu Sri Muryani. Ibu Sri yang menekuni bisnis kecilnya ini ternyata belum genap berusia 3 tahun. Bisnis kecilnya yang beliau rintis bersama kemudian diberi nama Manisan Salak "Mentari" sudah cukup memberikan beliau sebuah kepuasan. Manisan yang mewakili komoditas asli Kabupaten Sleman, khususnya Desa Merdikorejo ini ternyata dapat mendatangkan keuntungan baginya. Tidak hanya berupa materi atau laba, melainkan juga memberdayakan perempuan hingga mengangkat citra komoditas buah Salak yang selama ini belum begitu tergaungkan hasil olahan yang tercipta dari buah dengan pohon berduri tersebut.

Produk Manisan Salak /dokpri

Berawal dari Pelatihan Desa

Kecintaan Ibu Sri terhadap produknya berawal dari sebuah Pelatihan yang diselenggarakan di Balai Desa Merdikorejo. Pelatihan pembuatan Manisan Salak itu membuat Ibu Sri tertarik dan segera ingin mengetahui bagaimana ilmu membuat Manisan Salak dengan peralatanan seadanya dan tidak membutuhkan biaya yang mahal. Berbekal keaktifannya di desa tempat beliau bermukim, Ibu Sri dapat turut serta mengikuti pelatihan tersebut dan mendapatkan suntikan dana sebesar 1.5 juta rupiah untuk satu kelompok sebagai modal awal pembuatan Manisan Salak yang dikembangkan menjadi sebuah bisnis kecil.

Dengan modal 1.5 juta rupiah, Ibu Sri membeli mesin press, sebuah mesin untuk pengemasan produk Manisan Salak. Sisanya, beliau belikan peralatan dan beberapa bahan lainnya. Untuk bahan baku, yaitu Salak Pondoh, setiap anggota yang terdiri dari 5 orang ibu rumah tangga mengerahkan 2 kg salak hasil dari kebunnya masing-masing sebagai modal. Sungguh, perjuangan yang luar biasa!

Mentari, Mencari Tambahan Rejeki

Wilayah Desa Merdikorejo sebagian besar adalah perkebunan, khususnya perkebunan Salak Pondoh. Penggunaan lahan untuk perkebunan salak Desa Merdikorejo tahun 2017 telah mencapai 488,17 hektare (Ha). Mayoritas penduduk di desa ini juga bermata pencaharian sebagai petani, yaitu petani salak pondoh.

Bila penduduk lain cukup menjual salak pondoh dalam bentuk hasil tanam, Ibu Sri membuat terobosan baru dengan tidak hanya menjual buah Salak, melainkan juga menjual hasil olahan, yaitu Manisan Salak "Mentari". Dengan ketekunan dan kepercayaan pada hasil olahannya,  Ibu Sri yakin bahwa suatu saat hasil olahan tersebut dapat berkembang dan menjadi bisnis yang mampu memberikan hasil. Sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit. Mungkin itulah yang terbesit dalam pikiran beliau.

Menuangkan sebuah harapan dalam produknya, nama Mentari diputuskan untuk menjadi langkah awal ibu Sri bersama kelompoknya menjajaki bisnis ini. Tentu keputusan ini bukan sepihak, karena telah melaui perundingan bersama anggota kelompok usaha yang Ibu Sri pimpin. Mentari, artinya "Mencari Tambahan Rejeki".

Penamaan ini sangat unik mengingat, para anggota usaha ibu Sri ini, kelima orang ini adalah ibu rumah tangga yang tidak memiliki profesi di luar rumah. Usaha bisnis Manisan Salak ini tentu menjadi tambahan rejeki bagi setiap keluarga dari para anggotanya. Tidak harus mempunyai jenjang pendidikan tinggi, asal memiliki tekat dan keyakinan kuat untuk berkonstribusi bagi keluarga dan masyarakat, semua bisa dilakukan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline