Lihat ke Halaman Asli

Devi Meilana Trisnawati

Seorang Ibu Rumah Tangga, Pengajar Paruh Waktu dan Blogger

Ingat Regenerasi, Tajamkan Tameng Tunggal Putra!

Diperbarui: 30 Agustus 2017   14:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber : https://twitter.com/INABadminton

Cabang bulutangkis kembali menyumbang emas kedua di ajang SEA Games 2017 yang digelar di Malaysia. Setelah emas diraih di nomor beregu, yakni melalui tim putra, kini giliran nomor perorangan menambah medali melalui tunggal putra.

Jonathan Christie menjadi satu-satunya wakil Indonesia di final nomor perorangan. Jonathan yang memang menjadi unggulan pertama di turnamen ini, mampu mengalahkan unggulan kedua, Khosit Phetpradab dari Thailand. Jonathan menang straight game langsung 21-19, 21-10. Khosit adalah penghalang terciptanya all indonesian final tunggal putra setelah mengalahkan Ihsan Maulana Mustofa, unggulan ketiga asal Indonesia dengan skor 21-10,23-21.

Cabang bulutangkis memang selalu menjadi tumpuan negara kita dalam setiap perhelatan pesta olahraga baik level asia tenggara, asia hingga dunia alias olimpiade. Memang, bulutangkis adalah obat penawar bagi masyarakat Indonesia selain sepakbola yang kini masih ditunggu prestasi gemilangnya. bulutangkis mampu menjaga tradisi dari leluhur dengan mampu menempatkan wakil negara kita di podium juara. Kita patut mengapresiasi tidak hanya untuk para pemain, namun juga pengurus Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI)  hingga Persatuan Bulutangkis (PB) di pelosok daerah-daerah yang melahirkan generasi pebulutangkis hebat.

Lebih spesifik lagi, bulutangkis tanah air kita sebenarnya saat ini masih bertumpu pada sektor ganda, terlebih ganda campuran dan ganda putra. Berbeda keadaan pada era awal Indonesia menunjukkan gigi di kancah internasional. Lewat turnamen bulutangkis tertua di dunia, All England, Indonesia mencetak sejarah melalui tunggal putra pada tahun 1959.

Tan Joe Hok (Hendra Kertanegara) adalah putra bangsa pertama yang meraih gelar tahunan, All England saat itu. Kemudian selang tahun 1960-1970-an ada Rudy Hartono, peraih 8 kali gelar  All England (7 kali berturut-turut), diikuti Liem Swie King 3 kali (2 gelar beruntun). Estafet selanjutnya di tahun 1990-an muncullah Ardi B.Wiranata (1 kali) dan Heryanto Arbi (2 kali) pada tahun. Paceklik raihan gelar ini di sektor tunggal putra mulai terjadi setelah terakhir diraih Heryanto Arbi tahun 1994.

Sedikit melirik catatan turnamen 2 tahunan, yaitu kejuaran dunia, tunggal putra Indonesia telah meraih gelar 6x sektor tunggal putra. Indonesia menempati peringkat ke-2 terbanyak di bawah Tiongkok yang telah membukukan 14 kali juara sektor ini. Histori membuktikan bahwa terakhir Indonesia meraih gelar ini pada tahun 2005 atas nama Taufik Hidayat.

Di level turnamen 4 tahunan, yakni Olimpiade, Indonesia sudah mencetak legenda peraih emas bulutangkis tunggal putra atas nama Alan Budi Kusuma (1992) dan Taufik Hidayat (2004) bersamaan diraihnya medali perunggu oleh Sony Dwi Kuncoro. Tahun berikutnya, Indonesia nyaris tidak pernah menempatkan wakilnya di final tunggal putra.

Tiga turnamen diatas adalah turnamen yang menjadi ajang dengan prestise tertinggi. Tentu masih banyak turnamen yang bergengsi dan mempunyai levelnya masing-masing. Mulai dari urutan terbawah yaitu future series hingga kasta tertinggi yakni olimpiade.

Untuk ajang regional, di mulai dari Asian Games, Indonesia terakhir meraih emas tunggal putra pada tahun 2006 atas nama Taufik Hidayat. Dan di level Sea Games, Indonesia meraihnya tahun 2011 oleh Simon Santoso. Hingga akhirnya, tahun 2017 Jonathan Christie meneruskan tradisi juara tunggal putra setelah 2 periode berpuasa gelar.

Ulasan diatas hanyalah sebuah catatan. Namun, catatan histori akan menjadi indikator sejauhmana tingkat keberhasilan regenerasi pebulutangkis di Indonesia. Dan kita patut waspada. Sangat diharapkan bahwa tradisi juara harus tetap dipertahankan. Saya sebagai pecinta bulutangkis bersama yang lain akan selalu mendukung langkah PBSI dan perjuangan para pebulutangkis. Eropa boleh berjaya dengan sepakbolanya, namun bulutangkis, tidak! Asia adalah raja bulutangkis sesungguhnya, dan yang hakiki adalah Indonesia.

Semangat Jojo! Semangat Ihsan! Anthony! Dan kawan-kawan lainnya!!

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline