Di persimpangan langkahku terhenti
Ramai kaki lima
Menjajakan sajian khas berselera
Orang duduk bersila
Musisi jalanan mulai beraksi
Seiring laraku kehilanganmu
Merintih sendiri
Ditelan deru kotamu ...
Siapa tak kenal lagu itu? Yogyakarta selalu menawarkan senyum yang abadi, bagi siapa saja ingin berpulang lagi ke kota ini. Kla Project membuat lagu itu tentu bukan tanpa alasan. Lirik “menjajakan sajian khas berselera” mereka tulis setelah melakukan observasi dengan mencicipi berbagai kuliner di Jogja, sapaan akrab untuk Yogyakarta yang terbukti memang menawarkan sajian yang benar-benar menggugah selera.
Rupanya, baru-baru ini di Jogja ada tempat wisata kuliner yang terekomendasikan bagi anda yang akan berlibur di kota ini, atau sekedar mampir di sela kunjungan kerja atau study tour. Tak jauh dari pusat perbelanjaan Malioboro, tepatnya di sebelah timur titik nol kilometer ada sebuah bangunan koloni yang menawarkan sajian kuliner dengan konsep 3 in 1. Kami para komunitas Kompasiana Jogja atau bekennya dipanggil K(Jog) mendapat suatu kehormatan diundang oleh sang owner restoran tersebut. Dan kamipun memenuhi undangan sang owner Sultan Agung Cuisine.
Bangunan Kolonial
Ketika masuk restoran ini nuansa ada bangunan era kolonialnya masih terasa. Menurut sang owner, ada beberapa sudut-sudut bangunan yang tidak boleh dipugar, demi menjaga eksistensi bangunan bersejarah Belanda ini. Manajer restoran juga turut menceritakan sejarah bangunan ini yang dulunya diberikan oleh bangsawan Belanda kepada orang pribumi, bernama Dr. Kadis. Bangunan ini dulu juga pernah dijadikan untuk lembaga bimbingan belajar hingga akhirnya dibeli oleh owner untuk mendirikan usaha.Tempat ini terdiri dari dua lantai. Dapurnya pun juga ada di masing-masing lantai. Di lantai pertama untuk penjamuan makanan membentuk huruf L. Di tengah-tengah lantai pertama, terdapat sebuah taman berhiaskan kolam kecil seolah menjadi center of view dari ruangan lantai satu. Melewati taman, ada sebuah ruangan VIP bagi anda yang ingin menikmati suasana meeting di luar kantor sembari menikmati sajian khas Sultan Agus Cuisines. Ruangan ini tidak dikenakan charge untuk lama pemakaian. Dan tepat di samping ruangan VIP, ada dapur yang didesain cantik untuk tempat pembuatan makanan hingga siap diantar ke meja penjamuan sehingga sirkulasinya tampak lancar. Saya mencoba menaiki tangga yang berada di samping kolam, untuk menuju lantai dua dan spotnya bagus juga. Memang di era sekarang ini sudah menjadi hal wajib mungkin bagi sebuah restoran untuk menyediakan booth beserta propertinya bagi pengunjung untuk bisa berfoto selfie demi eksistensi di jagad maya.
Sajian 3 in 1
Konsep 3 in 1 adalah kombinasi kuliner Indonesia, Chinese and Western Foodyang bisa dinikmati dalam satu tempat sekaligus.So, bagi anda yang punya temen bule, atau yang sering jadi guide bisa juga mampir di Sultan Agung Cuisines. Kami yang sudah disuguhi tak sabar ingin segera menyantapnya. Mulai dari sajian masakan Indonesia, kemudian Chinesee Food. Kalau minjem istilahnya bang Bondan bisa tak kalah Maknyuuuuussssss!
Dan untuk Western Food, berikut penampakannya beserta harganya.
Sultan Agung Cuisines tidak menggunakan MSG dalam proses pembuatan makanannya. Mereka menjamin bahwa bumbu yang digunakan sebisa mungkin membuat sendiri. Contohnya adalah mie kakap yang memang sangat enak. Ada juga Thai Tea, minuman khas Thailand yang tehnya langsung mereka impor dari Thailand.
Terakhir, adalah dessert khas Sultan Agung Cuisine. Mantap tenan to? Momen menikmati dessert ini bisa dinikmati di pinggiran kolam dan taman. Apalagi selagi hujan, pas sekali.
Sebagi informasi penutup, tersedia promo bagi pelajar dan mahasiswa yang ditawarkan yaitu potongan diskon 20% dengan menunjukkan kartu identitasnya. Tak lupa, bagi anda yang ingin memesan partai besar, dipersilahkan. Grab it fast!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H