Lihat ke Halaman Asli

Devi dan Nadia

Universitas Jenderal Soedirman

Siklus Menstrusi Remaja Putri: Peran Gizi dan Kesehatan Mental

Diperbarui: 23 November 2023   06:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Menstruasi merupakan indikator kesehatan penting bagi remaja putri. Dalam tahun pertama setelah menstruasi pertama, banyak remaja mengalami masalah, terutama keterlambatan siklus menstruasi. Faktor risiko penyebab gangguan menstruasi antara lain adalah hormon, status gizi, BMI, dan tingkat stres (Islamy dan Farida, 2019). Data Riset Kesehatan Dasar (2018) menunjukkan bahwa 11,7% remaja Indonesia usia 15-19 tahun mengalami ketidakteraturan menstruasi (Arum dkk, 2019).

Gangguan pada siklus menstruasi remaja perempuan berdampak pada kesehatan reproduksi di masa dewasa dan meningkatkan risiko infertilitas. Gizi yang tidak seimbang dan tingkat stres yang moderat hingga berat dapat mempengaruhi siklus menstruasi. Asupan zat gizi makro seperti karbohidrat, lemak, dan protein berperan dalam regulasi hormonal. 

Ketidakcukupan gizi dapat mengganggu zat gizi tubuh dan dan mengakibatkan gangguan menstruasi pada remaja karena asupan karbohidrat berkaitan dengan kalori selama fase luteal, asupan protein berkaitan dengan fase folikuler, dan asupan lemak berkaitan dengan regulasi hormon reproduksi. 

Status gizi abnormal, terutama pada remaja yang mengalami obesitas, dapat menyebabkan ketidakteraturan siklus menstruasi karena lemak berlebih dapat meningkatkan kadar hormon estrogen yang membuat indung telur atau ovarium berhenti melepaskan sel telur.

Stres, sebagai respons tubuh terhadap tekanan, juga memiliki korelasi dengan pola siklus menstruasi. Stres memengaruhi sistem neuroendokrinologi sebagai komponen penting dalam fungsi reproduksi wanita dan regulasi hormonal yang mempengaruhi proses biokimia dan seluler di seluruh tubuh, termasuk otak dan aspek psikologis. 

Pengaruh otak terhadap reaksi hormonal terjadi melalui jalur hipotalamus-hipofisis-ovarium, yang mencakup  efek ganda dan mekanisme kontrol umpan balik. Dalam kondisi stres, terjadi aktivasi pada amigdala dalam sistem limbik, yang akan merangsang pelepasan corticotropic releasing hormone (CRH) dari hipotalamus. Hormon ini langsung menghambat sekresi gonadotropin-releasing hormone (GnRH) dari hipotalamus. Proses ini mungkin terjadi melalui peningkatan sekresi opioid endogen. 

Peningkatan CRH merangsang pelepasan endorfin dan adrenocorticotropic hormone (ACTH) ke dalam darah. Endorfin sendiri merupakan opiat endogen yang terbukti dapat mengurangi rasa nyeri. Kenaikan kadar ACTH akan menyebabkan peningkatan kadar kortisol dalam darah. Hal inilah yang membuat stres dapat menginduksi gangguan pada siklus menstruasi.

Pentingnya pemahaman tentang stres dan cara mengelolanya diakui dalam regulasi kesehatan reproduksi remaja. Pemerintah Indonesia melalui Peraturan Nomor 61 Tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi, menekankan pelayanan kesehatan reproduksi remaja, termasuk informasi pencegahan stres, ketidakteraturan siklus menstruasi, dan dukungan terhadap hobi remaja. 

Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, pemerintah berkomitmen untuk meningkatkan kualitas Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPP), termasuk memberikan informasi kesehatan remaja dan layanan konseling di semua tempat pelayanan kesehatan. 

Oleh karena itu, diperlukan peran serta petugas kesehatan yang berkualitas untuk menyampaikan informasi dengan jelas dan tepat, mengingat remaja memiliki peran penting dalam mencapai kelangsungan dan keberhasilan tujuan pembangunan nasional. Selain itu, perhatian serius perlu diberikan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan remaja sesuai dengan regulasi yang berlaku.

Upaya preventif yang dapat dilakukan remaja putri untuk memperbaiki siklus menstruasi antara lain:

  • Memastikan bahwa para remaja mencatat jadwal setiap kali menstruasi muncul, sehingga mereka dapat lebih memahami dan tetap waspada terhadap tanda-tanda masalah dalam siklus menstruasi yang perlu dikonsultasikan dengan dokter.
  • Para remaja dapat memahami metode mengatasi stres, sehingga bagi mereka yang mengalami gangguan menstruasi, hal ini dapat mengalami penurunan.
  • Para remaja yang mengalami gangguan indeks massa tubuh, dapat diperbaiki dengan meningkatkan asupan gizi, mengurangi berat badan, berolahraga, dan menambah konsumsi makanan sehat bergizi bagi remaja dengan kategori underweight
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline