Lihat ke Halaman Asli

Benarkah Jokowi Pengaruhi Harga Saham dan Penguatan Nilai Tukar Rupiah?

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan Munculnya nama Jokowi atau Joko Widodo sebagai calon presiden menimbulkan dampak yang dikenal dengan Jokowi Effect. Sebagian masyarakat menanggapi dengan berbagai sikap. Selain dengan tanggapan yang wajar, ada juga sebagian orang menanggapinya secara berlebihan dan terkadang menyesatkan.

Nama Jokowi bahkan dihubungkan dengan kondisi ekonomi Indonesia yang semakin stabil.  banyak para komentator memberi alasan, dengan penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan nilai tukar rupiah karena Jokowi resmi ditetapkan sebagai calon presiden oleh PDIP, 14 Maret 2014.  IHSG saat itu naik 152 poin menembus level 4.800, dan rupiah pun menguat ke kisaran 11.200 per dollar AS.

Pernyataan ini memang terlihat menggampangkan dan bermotif politis, dengan maksud dengan tujuan mendongkrak popularitas.  Kenyataannya, penguatan indikator ekonomi tidak terkait kedatangan sosok Joko Widodo.  Namun lebih disebabkan oleh semakin kuatnya fundamental ekonomi Indonesia. Ini terjadi  sebagai dampak dari paket kebijakan ekonomi  pemerintah yang diluncurkan beberapa waktu lalu.

Pakar ekonomi Universitas Indonesia, Firmanzah, menegaskan bahwa para pelaku ekonomi merupakan aktor-rasional yang mengambil keputusan berdasar pada hal-hal yang fundamental. Sentimen sesaat biasanya hanya berpengaruh dalam waktu tidak lama. Kecenderungan penguatan indikator ekonomi lebih banyak ditentukan oleh pergerakan fundamental ekonomi yang makin baik. Sesungguhnya, penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan pergerakan nilai tukar  rupiah sudah berlangsung sejak lama.

IHSG pada 2 Januari 2014 berada pada posisi 4.327,6 dan pada 11 April 2014  sudah naik menjadi 4.816,58.  Nilai tukar rupiah juga menguat  bila dibandingkan di awal Januari 2014. Pada 2 Januari 2014, rupiah diperdagangkan antara 12.150-12.225 per dolar AS dan pada penutupan 11 April 2014, nilai tukar rupiah pada posisi 11.414 per dolar AS.

Pergerakan penguatan harga saham dan rupiah ini bukan secara tiba-tiba. Namun, semua ini adalah hasil kerja seluruh bangsa Indonesia yang mampu menjaga kestabilan politik, meningkatkan daya tarik investasi, dan keseriusan penegakan hukum dan seterusnya.

Pemilu legislatif (pileg) 2014 yang berlangsung lancar pasti akan memperkuat kepercayaan investor. Jika nanti peralihan kepemimpinan nasional berlangsung mulus, maka minat pemodal menanamkan uangnya di Indonesia juga semakin besar.

Pemimpin yang akan datang, siapapun dia, akan mewarisi kondisi ekonomi yang kuat sebagai modal untuk melanjutkan pembangunan di masa mendatang.

Jakarta, 16 April 2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline