Lihat ke Halaman Asli

Vika Chorianti

Pecinta buku, musik dan movie

Malam Natal vs Kerukunan Umat Beragama; Sebuah Renungan

Diperbarui: 17 Juni 2015   14:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Malam ini malam natal. Bagi umat Kristiani, baik Katolik maupun Protestan, malam ini adalah malam puncak perayaan Natal. Biasanya mereka berkunjung ke gereja sesuai dengan ikatan hati mereka dan melakukan misa natal. Pasca misa natal mereka (biasanya juga) akan melakukan makan malam bersama keluarga. Besok pagi, ada yang berangkat ke gereja namun ada yang tetap tinggal dirumah.

Ditengah perdebatan yang tiap tahun selalu terjadi, mengenai boleh tidaknya seorang muslim mengucapkan Selamat Natal kepada kaum Nasrani, berikut pandangan saya.

Kalimat pembuka saya seakan saya mengerti betul mengenai hari raya saudara kita umat Nasrani. Bukan karena saya mempelajari agama mereka, namun karena saya memiliki teman dekat yang beragama tersebut, dan kami secara ringan berbicara tentang agama kami masing2makanya saya jadi tahu.

Namun yang saya lakukan sekarang ini bukan suatu upaya untuk menyampaikan ucapan selamat Natal yang dianggap sebagian orang sebagai arti kita menyetujui konsep ke Tuhanan yang mereka anut. Saya memiliki pendapat tersendiri, namun saya tidak ingin mempertajam opini saya kepada orang yang tidak sependapat dengan saya.

Jadi begini, menurut saya, terlepas dari apapun keyakinan kita mengenai boleh/tidaknya mengucapkan selamat Natal, kita baiknya slow down aja. Nyante aja. Jangan memaksakan orang lain untuk setuju dengan keyakinan kita. Apalagi dengan tindakan ngotot dan nyolot. Karena hal itu menimbulkan potensi memecah belah bangsa.

Mungkin terdengar naiff. Tapi kita semua bersaudara. Sebangsa dan setanah air. Saudara kita yang berkewarganegaraan Indonesia tidak hanya menganut agama Islam, Kristen Protestan atau Katolik saja yang menjadi mayoritas. Masih ada saudara kita juga yang beragama Hindu, Budha, KhongHuCu dan aliran kepercayaan.

Jika berpikir kritis, mengapa perdebatan itu hanya terjadi pada saat Natal saja?tidak pada saat hari Raya Waisak atau Galungan? Alasan apa yang menjadikan setiap bulan Desember selalu ramai pemberitaan tentang perdebatan mengenai boleh/tidaknya mengucapkan selamat dan menggunakan atribut Natal. Apa karena dalam Islam tertera jelas perbedaan cara pandang tentang Isa bagi kaum Muslim dan Yesus bagi kaum Nasrani?

Mengapa kita bisa bertoleransi kepada umat Budha dan Hindu serta Khong Hu Cu namun kepada kaum Nasrani tidak?Apa bedanya? Umat Budha, Hindu dan Khong Hu Cu malah menyembah pagan dalam istilah Islam. Saya kok meraba, bahwa ada alasan lain dari sekedar perbedaan cara pandang. Saya melihat adanya perbedaan kepentingan lebih tepatnya dalam hal ini. Dan agama dijadikan polesan untuk menutupi kepentingan tersebut.

Oleh karena itu saya memohon. Ayolah teman2, baik kalian yang merasa haram hukumnya mengucapkan Selamat Natal maupun kalian yang bersedia mengucapkan Natal sebagai toleransi umat beragama, silahkan anut keyakinan kalian masing2 namun jangan dipertajam atau memaksakan kehendak agar orang lain mengikuti pendapat satu sama lain.

Yang paling penting (menurut saya) adalah, justru kita harus bersatu padu memikirkan cara bagaimana saudara kita yang beragama apapun itu, bisa melaksanakan kegiatan beribadah dengan tenang, tanpa harus merasa takut atau terintimidasi atas adanya bahaya ancaman kerusuhan. Karena mereka berhak untuk mendapatkan perlakuan itu.

Sekali lagi, ini bukan upaya saya untuk menyampaikan ucapan selamat Natal kepada saudara kita yang merayakan malam ini dan esok hari Ini upaya saya untuk menyeru kepada kita semua agar saling menjaga perdamaian dan kerukunan antar umat beragama.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline