Seperti yang telah saya woro2sebelumnya, saya mengikuti pameran wedding yang diadakan di Mall ITC Surabaya selama 3 hari, dari hari jumat hingga minggu, tanggal 5-7 desember.
Menangani pameran atau pameran wedding memang bukan hal yang baru bagi saya. Sebelumnya, saat saya berkesempatan bekerja di salah satu penerbit buku sejarah di Depok, beberapa kali saya menangani pameran buku di Gelora Bung Karno selama 10 hari setiap pameran. Dari Pesta Buku Jakarta hingga ke Islamic Book Fair. Dengan target yang fantastis hingga ratusan juta serta jumlah buku yang saya bawa mencapai angka ribuan.
Saya juga pernah menangani keikutsertaan perusahaan yang bergerak di vendor undangan, souvenir, mahar dan hantaran tempat saya bekerja dulu. Vendor tersebut awalnya belum banyak dikenal orang. Namun melalui beberapa kali pameran yang diikuti selama 1 tahun, orang mulai banyak mengenal nama vendor itu.
Namun pameran saya kali ini terasa begitu berbeda. Selain dikarenakan pameran ini adalah kali pertama saya mengikuti pameran sebagai pemilik dan bukan dalam rangka bekerja untuk orang lain, juga dikarenakan ini adalah pameran pertama saya yang saya tangani dari awal hingga akhir. Dari mulai proses deal2an dengan EO nya, menyiapkan contoh hingga loading barang dan penataan di lapangan.
Saya begitu menikmati setiap prosesnya. Saya menikmati betul kesulitan2yang saya hadapi di lapangan hingga perasaan khawatir, was2 yang saya rasakan terhadap kemungkinan semua berjalan tidak lancar dan tidak seperti yang telah direncanakan.
Pameran kali ini saya memang menggandeng seorang partner. Rekan kerja, Saya patungan dengannya dan memutuskan untuk membuat brand baru sebagai anak perusahaan yang mengkhususkan diri kepada pembuatan mahar dan hantaran. Induknya, Tiga dimensi organizer yang menangani one stop wedding service untuk sementara saya taruh terlebih dahulu.
Selayaknya pada pameran2terdahulu yang saya tangani, untuk pameran pertama saya selalu memang tidak mencanangkan target yang muluk2jika bisa dikatakan saya bahkan tidak memasang target sama sekali. Saya beranggapan, untuk pameran pertama, yang terpenting adalah mengetahui kondisi di lapangan terlebih dahulu.
Jika sudah menguasai lapangan, maka untuk pameran berikutnya baru bisa dibuat target pencapaian perolehan pendapatan pameran. Biasanya juga untuk target saya buat bertahap. Mulai mencanangkan laba 25% dari biaya produksi, meningkat hingga 50%, 75% hingga 100%. Tentu saja kenaikan target itu juga diikuti dengan perbaikan contoh produk dan promosi yang kian ditingkatkan.
Oleh karena itu, untuk pameran di ITC ini saya berusaha realistis dan tidak muluk2meski ada kekhawatiran juga menghinggapi dada. Saya khawatir tidak ada yang memesan, jika tidak ada yang memesan maka saya tidak bisa mengembalikan modal biaya pameran yang telah saya keluarkan. Dan jika saya tidak bisa mengembalikan modal maka itu artinya saya merugi.
Dilatarbelakangi kekhawatiran itu akhirnya saya melakukan banyak doa dan usaha. Saya makin gencarkan doa di setiap tarikan nafas saya. Saya meminta doa kepada banyak orang. Dari mulai bapak, ibu, saudara, semuanya. Saya juga berupaya melakukan upaya promosi alias woro2yang sangat massive. Dari mulai status di fb hingga broadcast di bb. Pun saya meminta saudara2saya untuk share status fb juga bantu broadcast ke kontak mereka.
Ketika hari pameran tiba, saya memulainya dengan semangat. Ketika hari menjelang siang dan belum ada tanda2seorang pun yang akan bertransaksi, saya tidak patah semangat. Namun hingga malam dan hanya 1 orang yang melakukan transaksi, saya mulai cemas. Tapi saya berusaha menghibur diri saya sendiri dengan mengingat pengalaman saya dalam menangani pameran wedding sebelumnya.