Lihat ke Halaman Asli

Vika Chorianti

Pecinta buku, musik dan movie

Menulis itu menyenangkan

Diperbarui: 17 Juni 2015   14:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Saya suka menulis. Saya mencintai dunia tulis menulis. Karena dengan menulis, saya bisa bercerita, berbagi kisah dengan banyak orang terhadap apa yang saya rasakan, apa yang saya alami. Ingat, my life full of drama, right?

Namun sesungguhnya tidak hanya itu. Saya ingin orang yang membaca kisah saya dapat belajar dan mengambil hikmah dari apa yang saya alami, saya lakukan, yang menimbulkan sebab dan akibat. Jika saya melakukan hal buruk atau mendapatkan peristiwa buruk, jangan lakukan apa yang saya lakukan. Tapi jika saya melakukan sebuah hal yang menginspirasi anda, yang mencerahkan anda, apapun itu, maka salurkanlah. Saya percaya jika kita berbagi hal baik. Maka kebaikan itu pun akan kembali kepada kita.

Sejenak flashback ke belakang, sesungguhnya kecintaan saya terhadap dunia tulis menulis sudah dimulai sejak saya berada di Sekolah Dasar. Saat itu saya mewakili sekolah dalam lomba penulisan esai tingkat kecamatan. Saya berhasil memperoleh juara 3 yang sayangnya saat itu dewan juri memutuskan hanya ada juara 1 dan 2 saja.

Jadi bagaimana saya tahu kalau saya berhasil menjadi juara 3? Saya mendengar kabar itu dari seorang paman yang juga menjadi guru di sekolah saya. Kabar itu lebih tepatnya disampaikan kepada orang tua saya dan bukan kepada saya. Sehingga kurang jelas, apakah memang saya juara 3 atau itu hanya akal2an paman saya agar menyenangkan orang tua saya hehehe waallahualam.

Apapun alasannya, peristiwa itu membuat saya mulai jatuh cinta kepada dunia tulis menulis dan pelajaran bahasa Indonesia. Saya merasa kegiatan tulis menulis sama menyenangkannya dengan kegiatan berbicara di depan umum, dan ya, memang, saya dikenal banyak orang sebagai sosok yang banyak bicara, baik di rumah maupun dalam forum resmi. Bahkan teman saya secara bergurau mengatakan bahwa saya memiliki bibir bertuah atau dalam bahasa jawanya lambe susukan. Kembali pada pembicaraan semula.

Sayangnya kegiatan tulis menulis ini tidak saya seriusi dan saya asah. Saya hanya secara berkala menulis buku diary dari jaman SD sampe sekarang, pernah memiliki beberapa ide cerita yang bahkan sudah lengkap dengan alur dan tokoh di dalamnya dan hanya tinggal melukiskannya di atas kertas atau media komputer, namun tidak saya lakukan.

Saya memiliki beragam alasan. Dan selayaknya sebuah alasan yang dibuat, apapun itu akan terasa masuk akal. Di waktu kecil alasannya saya malu dan tidak percaya diri untuk menuliskannya. Di masa remaja saya berdalih cepat bosan dan tidak bisa menyelesaikan sebuah tulisan. Di masa dewasa saya merasa tidak cukup waktu juga tidak cukup penting untuk menulis.

Kegiatan menulis selalu bisa dikalahkan oleh kegiatan lain yang bagi saya lebih menarik, seperti hangout dengan teman atau nongkrong di café. Atau dengan alasan lain yang sangat klasikal yaitu tertimbun pekerjaan. Maka jadilah saya sebagai seorang yang tidak memiliki karya tulis yang ajeg.

Mungkin ada pertanyaan dibenak kalian, jika saya mengatakan tidak memiliki karya tulis yang ajeg artinya saya pernah menghasilkan karya? Oh ya saya punya. Karya tulis saya yang pertama adalah sebuah skripsi, yang dikarenakan keberuntungan tengah berpihak kepada saya, karya saya masuk bersama karya tulis beberapa teman-teman terpilih untuk dijadikan buku.

Apakah best seller? Tentu tidak , karena sebuah buku sejarah apalagi kumpulan tulisan mahasiswa tentu penggemarnya masih jarang sekali. Saya tidak menafikkan keberadaan tulisan teman-teman saya yang lainnya, namun saya berusaha secara netral dalam mengapresiasinya ;p

Jadi anda sudah bisa menilai sendiri kan? kecintaan saya sesungguhnya adalah menulis sebuah cerita. Bisa cerpen bisa cerbung atau mungkin novel. Kalau novel sepertinya terlalu muluk ya hehehe. Saat saya sekolah menengah atas, saya memiliki seorang guru bahasa Indonesia yang saya cintai dari dulu sampai sekarang. Bukan jenis cinta selayaknya laki-laki dan perempuan namun cinta kepada seseorang yang memiliki jasa besar kepada kita. Namanya Pak Fauzi. Apa hubungannya Pak Fauzi ini dengan kegiatan tulis menulis saya? Erat sekali.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline