Awal bulan tahun lalu saya sakit dan ngga masuk kerja tapi pecicilan yang menghasilkan gagang kacamata potek. Walaupun bukan kacamata satu-satunya tapi itu kacamata andalan, jadilah hati terasa gundah.
Selotip jadi solusi, besoknya semingguan kerja pakai lensa kontak, tapi apa daya saya anaknya kan ngga lensa kontakan, jadilah selanjutnya tetep pakai kacamata potek yang diselotip.
Dari awal punya kartu BPJS pengen banget nyoba "beli" kacamata pakai BPJS. Jadi, momennya pas sekali, pas harus beli kacamata baru. Baca-baca beberapa tulisan prosesnya kok ribet sekali ya, sampai harus ke kantor BPJS untuk verifikasi nantinya, agak maju mundur juga pas baca, kalau beli langsung ke optik kan cuma cek mata, pilih frame, tunggu 1 jam langsung jadi.
Tapi demi bikin tulisan ini (dan demi penghematan) maka saya niatkan untuk beli kacamata pakai BPJS yang kartunya sudah ganti jadi KIS.
Sabtu, 6 Januari 2018 saya ke Klinik rujukan BPJS di dekat rumah. Dokter klinik membuatkan rujukan untuk ke dokter spesialis mata RS M, RS-nya ada beberapa pilihan, karena RS M ini ngga terlalu jauh jadi saya minta untuk dirujuk ke sana walaupun sebelumnya dokter menyarankan untuk ke RS JEC, RS khusus mata yang baru di Cibubur dan juga ngga terlalu jauh.
Kamis, 11 Januari 2018 saya tugas luar kantor, karena siang sudah selesai jadi lanjut ke RS M untuk ketemu dokter mata. Paginya saya telepon ke RS M untuk daftar, sayangnya untuk pasien BPJS tidak bisa daftar melalui telepon, jadi harus datang langsung.
Hari Kamis dokter mata praktek dari jam 15.00-18.00. Tiba di RS jam 2 siang, karena belum pernah berobat di RS tsb, jadi daftar pasien baru terlebih dulu (20k), dan langsung didaftarkan ke poli mata, lalu ke suster di poli mata untuk dapat nomor antri.
Karena saya daftarnya siang jadi dapat antri nomor 38, info dari suster pasien lain antrinya dari habis subuh, wow banget kan?
Karena masih jam 2 jadi masih banyak waktu untuk ke Bank dulu dan makan siang dan selesai sebelum jam 3. Siapa tau hoki, saya stand by di ruang tunggu depan poli mata, disana sudah ada beberapa pasien lain, sebelum dokter datang suster cek tekanan darah dan berat badan.
Sekitar jam 3 lewat 10 dokternya datang, saya tanya suster "Sus, saya kan nomor 38, kalau pasiennya belum banyak yang datang berarti bisa cepet dong ya?" , "iya, kak".
Sempat berdoa semoga pasien yang lain terlambat datang, karena saat itu baru sekitar 5 pasien saja. Tapi sampai jam 4 dokter belum mulai praktek, jam 4 lewat pasien nomor satu dipanggil. Tengok kanan-kiri ruang tunggu sudah penuh pasien. Hari itu saya gagal hoki.