Lihat ke Halaman Asli

"Aku-Kamu" Bikin Baper

Diperbarui: 22 April 2016   16:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ilustrasi: Shutterstock"][/caption]Kemarin siang di perjalanan menghindari kemacetan, radio stay tune di 99.1 Delta FM, acaranya ngobrol bareng Citra Scholastika tentang album barunya, tapi yang tiba-tiba bikin aku konsentrasi adalah obrolan tentang awal Citra pindah ke Jakarta, dia bertekad untuk ngga terbawa “Jakarta” dan ikutan bilang “elu-gue”, yang pada akhirnya hanya menjadi wacana semata karena ke-“aku-kamu”-annya dia bikin orang BAPER. Bwa.

Dulu jaman aku sekolah, orang yang bilang "aku-kamu" itu cuma orang yang pacaran. Serius, coba cek deh di seputaran Jabodetabek, terutama di kalangan anak mudanya ya. Hampir semuanya ber-"elu-gue" sama temannya. Sekarang juga masih seperti itu. Aku juga begitu, dulu. Tapi semua berubah setelah negara api menyerang, stop! Semua berubah setelah aku pindah ke Jogja.

Di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung. Tsah. Iya kali, aku di Jogja masih pakai "elu-gue". Alamat dipliriki orang yang diajak bicara. Jadi, ketika kembali lagi ke Bogor kebiasaan itu juga terbawa, kalau bicara dengan teman baru pakai "aku-kamu", tapi kalau sama teman lama masih pakai "elu-gue". Tergantung teman bicaranya ya, dia pakai yang mana, aku ngikutin. Intinya, "aku-kamu" tidak menjadi suatu hal yang aneh. Ketika mulai kerja, dengan teman yang seumuran "aku-kamu" dipakai, malahan yang tadinya pakai "elu-gue" jadi kebawa jadi "aku-kamu".

Nah, setelah dengerin radio kemarin aku jadi beneran mikir nih ya, apakah iya hanya sebuah "aku-kamu" bisa bikin BAPER? YA! IYA! YESSS! …terutama untuk orang-orang yang selama hidupnya tidak pernah keluar dari daerah yang pakai “elu-gue”. Cobain deh ke teman kamu yang lawan jenis, yang biasanya pakai "elu-gue" ganti jadi "aku-kamu", apa ngga baper itu? Kalau yang beneran temen sih mungkin akan langsung negur ya ketika panggilan berubah.

Karena "aku-kamu" bukanlah suatu yang biasa, jadi ketika mereka “digituin” langsung lah mulut agak nganga, berpikiran yang tidak-tidak, lalu lanjut ke selanjutnya. Ketika diperlakukan tidak biasa mereka jadi merasa berbeda, spesial lebih tepatnya, mungkin. Padahal maksud sebenarnya hanya karena telah terbiasa dengan "aku-kamu" dan lidah tidak cukup sanggup dengan "elu-gue". Apalagi sering kali "aku-kamu" diikuti dengan nada manis yang lebih sopan (kayak aku?) (ewh).

Lidah lebih tajam dari pedang. Seperti singkatnya kata "aku-kamu" yang bisa bikin orang sakit hati dalam sekejap. Salah pengertian, lalu bawa perasaan, akhirnya dikecewakan. Lho-lho, siapa suruh baper.

Kamu mau ber-”aku-kamu” juga sama aku? Ngga usah, cukup panggil yang seperti dulu aja aku pasti baper. *Pingsan*

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline