Lihat ke Halaman Asli

Devi Ervika

TERVERIFIKASI

Long life hallucinations

Kerasnya Latihan PSHT Haruskah 'Sekejam' Itu ?

Diperbarui: 2 Mei 2021   15:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

instagram.com

Suatu hari saat gabut melanda aku iseng-iseng nonton video tentang PSHT di youtube. Dan kebiasaan kalau nonton youtube suka lebih fokus ke kolom komentar, kutemukan kalau kolom komentar setiap videonya dipenuhi komentar pro dan kontra.

Yang warga belain "Itu biasa, namanya silat harus kuat mental". Beda lagi komentar yang non-warga "Kasar banget, gak ada otak pelatihnya". Kemudian ada komentar dari kubu abu-abu yang tidak menyalahkan namun juga enggan membenarkan.

Jadi apakah PSHT memang sekejam itu ?
Berdasarkan pengalaman pribadi, Ya, latihan dalam PSHT memang keras dan berat. Fisik dan mental harus benar-benar mode on. Bukan hanya gerakan fisik di lapangan, namun juga harus menghafal gerakan senam jurus yang tidak sedikit. Harus menyediakan waktu juga, karena tidak mungkin hanya dalam sekali dua kali gerakan. Euforia dag dig dug saat latihan pasti kebawa sepanjang minggu disetiap waktu.

Memang tampak kejam. Namun tidak asal pukul, tidak sembarang teriak dan yang terpenting tidak bermaksud menyiksa anak orang.

Jika menonton di youtube, banyak yang salah paham dengan scene video  latihan, dimana pelatih banyak membentak atau main pukul terhadap siswanya. 

Namun perlu diluruskan bahwa warga yang main fisik tidak asal pukul. Artinya, jauh sebelum "adegan pukulan" siswa sudah disiapkan untuk siap pukul. Dalam artian kekuatan fisiknya telah dilatih sedemikian rupa. Sehingga ketika mendapatkan serangan, sakitnya sudah diminimalisir karena fisiknya memang sudah siap menerima pukulan.

Jadi please stop to komen "pelatihnya nggak ada otak", karena setiap pelatih selalu berfikir demi kebaikan siswanya, bukan untuk kesengsaraan siswanya. Porsi kekerasannya juga sudah diatur mengikuti beberapa pertimbangan.

Yang paling banyak banjir komentar negatif adalah video tes kenaikan sabuk. Karena memang waktu tes kenaikan sabuk tingkat kegarangan warga berlipat ganda. Karena apa ? namanya juga tes kan, di sekolah saja kalau ujian euforianya pasti juga meningkat.

Pernah ikut pramuka ? ingat saat hiking lalu melewati pos uji mental ? Yang pernah pasti paham gimana rasanya, pasti nggak akan kaget karena prinsipnya hampir sama. Kakak-kakak senior pramuka akan sama garangnya dengan mas mbak warga kalau sedang bertugas.

Dan yang jelas semua kegarangan di latihan tidak terbawa ke kehidupan nyata. Artinya ketika sudah selesai latihan ya bersikap normal, bahkan minta maaf. Katakanlah seperti sebuah akting.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline