Lihat ke Halaman Asli

Devi Ayu Prasetyoningsih

Mahasiswa Fakultas Bioteknologi Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta

Bisakah Sungai Sebalo Bengkayang Menghadapi Dampak Perubahan Iklim yang Terjadi?

Diperbarui: 2 Juli 2020   16:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

kalbaronline.com

Sungai merupakan salah satu badan air yang banyak digunakan atau dimanfaatkan oleh makhluk hidup seperti manusia, biota air maupun tanaman air. Oleh sebab itu, sungai memiliki peran yang sangat penting bagi setiap komponen kehidupan. 

Sama seperti sungai pada umumnya, sungai sebalo yang merupakan sungai yang melintasi daerah Bengkayang juga memiliki manfaat yang sama seperti menjadi sumber pengairan warga, menjadi ekosistem bagi biota air tawar, dan lain-lain. 

Namun, seiring berkembangnya zaman dan kemajuan teknologi, tentu hal tersebut akan memiliki dampak bagi semua komponen kehidupan termasuk berdampak pada perubahan kondisi lingkungan yang akan menyebabkan rusaknya lingkungan secara perlahan termasuk pula rusaknya ekosistem sungai tak terkecuali sungai sebalo. Salah satu perubahan kondisi lingkungan yang berdampak pada ekosistem sungai adalah perubahan iklim.

Perubahan iklim merupakan dampak dari pemanasan global (global warming) yaitu fenomena peningkatan temperatur global dari tahun ke tahun karena terjadinya efek rumah kaca (greenhouse effect) yang disebabkan oleh meningkatnya emisi gas rumah kaca (GRK) seperti karbondioksida (CO2), metana (CH4), dinitrooksida (N2O), sulfurheksafluorida (SFx), perfluorokarbon (PFC) dan hidrofluorokarbon (HFC). Peningkatan emisi GRK disebabkan oleh aktivitas manusia maupun peristiwa-peristiwa alam yang berkontribusi bagi peningkatan emisi GRK.

Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa perubahan iklim terjadi sebagai dampak suatu peristiwa yang disebut dengan pemanasan global (global warming). Global warming disebabkan oleh meningkatnya emisi gas rumah kaca. 

Peningkatan emisi gas rumah kaca ini disebabkan oleh beberapa hal seperti aktivitas manusia maupun peristiwa-peristiwa alam yang sering terjadi sebagai bagian dari proses alam itu sendiri.

Menurut Firman (2009), terjadinya peningkatan rata-rata suhu udara menyebabkan terjadinya penguapan air yang tinggi, sehingga menyebabkan atmosfir basah dan intensitas curah hujan meningkat. 

Menurut Naylor (2006) dalam Diposaptono (2009), perubahan pola curah hujan di Indonesia akan mengarah pada terlambatnya awal musim hujan dan kecenderungan lebih cepat berakhirnya musim hujan. Hal ini berarti bahwa musim hujan terjadi dalam waktu yang lebih singkat, tetapi memiliki intensitas curah hujan yang lebih tinggi.

Perubahan iklim bagi sungai sebalo dapat mengakibatkan meningkatnya resiko kejadian banjir sehingga akan meningkatkan intensitas banjir, ketersediaan air tanah, meningkatnya resiko penurunan kualitas air sungai sebalo, kekeringan, perubahan pola permintaan dan penggunaan air. Dengan adanya beberapa dampak yang ditimbulkan oleh perubahan iklim yang terjadi, tentu akan mengganggu pembangunan berkelanjutan.

kalbaronline.com

Foto Keadaan Sungai Sebalo yang surut dan mulai mengalami kekeringan sebagai dampak dari perubahan iklim.

Menurut Budimanta (2005), pembangunan berkelanjutan adalah suatu cara pandang mengenai kegiatan yang dilakukan secara sistematis dan terencana dalam kerangka peningkatan kesejahteraan, kualitas kehidupan dan lingkungan umat manusia tanpa mengurangi akses dan kesempatan kepada generasi yang akan datang untuk menikmati dan memanfaatkannya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline