Lihat ke Halaman Asli

Hubungan Erat antara Humanisme dan Atheisme

Diperbarui: 26 Mei 2017   20:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Berbicara tentang manusia mungkin akan banyak pertanyaaan yang muncul, seperti “siapa manusia itu sebenarnya?, “mengapa manusia itu diciptakan?”, “siapa pencipta manusia?” dan masih banyak lagi. Kita semua mungkin tidak bisa menjawab hal itu. Oleh karena itu akan muncul berbagai paham, pola pikir ataupun pandangan filosofi yang berbeda di masyarakat. Seperti pola pikir yang sedang berkembang dalam masyarakat saat ini, yaitu Humanisme.

Humanisme merupakan berbagai jalan pikiran yang berbeda yang memfokuskan dirinya ke jalan keluar umum dalam masalah – masalah atau isu – isu yang berhubungan dengan manusia. Dalam paham ini menyatakan bahwa segala ukuran nilai referensi akhir dari semua kejadian manusiawi berkaitan dengan manusia itu sendiri, bukan pada kekuatan diluar manusia (misalnya kekuatan Tuhan atau alam). Dengan demikian humanisme berkaitan erat dengan atheisme.

Atheisme merupakan sebuah pandangan filosofi yang tidak memercayai adanya Tuhan. Mereka akan memercayai bahwa manusia itu ada karena adanya sejarah peradaban bukan karena Tuhan. Jika di dalam kitab suci mengatakan bahwa Tuhan menciptakan manusia  menurut citra-Nya, mereka berkata bahwa manusia menciptakan Tuhan menurut citranya. Sudah dapat diduga bahwa bagi humanis ateis bayang- bayang Tuhan dalam benak mereka telah menghalangi realisasi diri sejati manusia.

Lalu apa yang membuat humanisme berkaitan erat dengan atheisme?  Seperti yang kita tahu bahwa humanisme merupakan pola pikir yang mengutamakan peri kemanusiaan dan atheisme adalah suatu paham yang tidak memercayai adanya Tuhan. Oleh karena itu, humanisme memberi peluang besar bagi kita menuju atheisme. Pasti manusia pernah memiliki pertanyaan yang sama dengan para penganut atheisme. Memang jika berpikir tentang Tuhan dengan logika itu hal yang cukup sulit. Menumbuhukan suatu keyakinan bahwa Tuhan itu ada tanpa suatu bukti yang nyata mungkin sulit bagi beberapa orang meskipun bukan penganut atheism. Namun, semua kembali kepada diri masing – masing. Keimanan seseorang akan dengan hal ini. Meskipun begitu, apapun paham yang kita anut apapun agama yang kita percaya toleransi harus tetap dijaga. Karena sesungguhnya bumi yang kita tinggali ini untuk masa depan kita bersama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline