Lihat ke Halaman Asli

Devia Rahma

Mahasiswa

Extraordinary Attorney Woo Eps 9: Kritik Perampasan Hak Anak

Diperbarui: 30 Juli 2022   10:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Serial drama korea seringkali menampilkan keseruan yang selalu bisa dinikmati oleh para pecintanya. Drama on-going dengan judul Extraordinary Attorney Woo juga patut menjadi salah satu daftar tontonan yang menarik. Menampilkan sosok pengacara muda Woo Young-woo yang memiliki gangguan spektrum autisme, serial drama korea ini mengupas berbagai kasus masyarakat yang ditangani oleh Woo Young-woo.

Minggu ini, drama yang dibintangi Park Eun-bin ini menggugah jari saya untuk menuliskan baris-baris opini yang saya tangkap dari series asal korea selatan ini. Menariknya, episode kali ini berpusat pada seorang klien dari Hanbada Squad (sebutan para penggemar bagi pengacara Hanbada) untuk mewakili terdakwa dengan tuntutan penculikan anak. Bang Goo Ppong mengklaim dirinya sebagai Tentara Pembebasan anak-anak. Ia dituduh melakukan penculikan terhadap 12 anak yang akan berangkat ke akademi (oke, bahasa kita adalah tempat les).

Lalu apa menariknya? Tepat satu hari sebelum tayangnya episode ini, saya sempat membahas tentang keluhan saya dan seorang rekan terhadap beberapa orang tua yang mencoba untuk mengatur penuh kehidupan anak usia dini. Mereka diberikan tuntutan dan beban untuk menjadi yang terbaik versi orang tua, tanpa melihat apakah si anak ini benar mau melakukan atau tidak. Tentu, orang tua memiliki harapan besar atas masa depan anak, tapi dalam hal ini, anak-anak yang kami bahas tidak mendapat waktu dan kesempatan untuk bermain. Mereka sibuk merasa jenuh dengan tuntutan orang tua untuk "bisa" dalam waktu singkat.

Hal ini tergambar dalam episode 9 drama Extraordinary Attorney Woo. Orang tua ke-12 anak yang dibawa Bang Goo Ppong ke bukit untuk bermain dan bukan ke akademi adalah anak dari orang tua yang menekan anaknya untuk menjadi yang terbaik sejak dini. Mereka memasukkan anak-anak usia dini dan anak sekolah ke tempat les dengan keterbatasan ruang gerak. Bahkan akademi digambarkan sebagai penjara oleh Woo Young-woo sebab jam belajar mereka yang sampai pada pukul 22.00 tanpa diperbolehkan keluar bahkan harus melalui perizinan yang ketat untuk ke kamar mandi.

Bang Goo Ppong adalah putra dari pemilik akademi yang dalam hidupnya secara penuh menjadi anak teladan yang berprestasi. Ia menjadi mahasiswa di Universitas Nasional Seoul mengikuti jejak kakaknya. Hal ini menjadi kebanggaan ibunya yang membuatnya terispirasi untuk membuat akademi. Perilaku Bang Goo Ppong yang kekanak-kanakan dianggap sebagai bentuk tidak sehatnya akal oleh ibunya. Membawa anak-anak ke bukit untuk bermain dengan bebas, tidak merasa tindakannya salah, mengucapkan candaan dan hal-hal yang tidak serius, membuat Bang Goo Ppong dianggap aneh dan tidak sehat secara mental.

Dibalik itu, sosok Bang Goo Ppong sebenarnya menampilkan kritik atas perampasan hak anak. Hak apa itu? Hak mereka bermain, menikmati alam dan dunia dengan senang, bertemu dengan teman, tidur lebih awal, belajar dengan senang hati dan bukan dibawah tekanan, memperoleh ilmu dan pengalaman seyogyanya mereka sebagai anak-anak, dan mengambil pilihan atas apa yang mereka suka. Obsesi orang tua yang menginginkan anaknya belajar dengan giat tanpa istirahat sejak dini berlandaskan pada impian agar anaknya masuk universitas ternama ini lah yang ditentang oleh Bang Goo Ppong.

Dalam ikrar yang disampaikannya kepada anak-anak, ia menginginkan anak-anak untuk bermain, tetap sehat dan bahagia. Salah satu scene menunjukkan kalimat Bang Goo Ppong yang merujuk pada penyesalan, jika tidak pada saat anak-anak kapan mereka akan merasakan bermain, sehat, dan berbahagia. Bang Goo Ppong berkata, "Dalam hidup yang penuh kecemasan, akan terlambat menemukan satu-satunya cara untuk bahagia". Bagi saya, kalimat itu mencerminkan kata dewasa. Saat manusia beranjak dewasa, ia akan sibuk dengan berbagai hal yang memunculkan kecemasan. Sulit untuk bahagia sesederhana bagaimana anak-anak bahagia. Demikian bagaimana Bang Goo Ppong tidak mau anak-anak melewatkan momentum ini.

Di saat yang sama, Bang Goo Ppong bukan penjahat yang berniat menculik, caranya yang salah menjurumuskannya dalam jerat penjara, tapi ia berkata rela dipenjara asalkan membawa anak-anak di sidang terakhirnya untuk menunjukkan bahwa bermain dan berbahagia bagi anak bukan suatu kejahatan. Keberanian Bang Goo Ppong mengambil tindakan ini bukan seyogyanya untuk ditiru, tapi pesan yang ingin disampaikan dalam episode ini bisa diterima dengan baik.

Anak-anak butuh ruang untuk bermain, bersenda gurau bersama teman-temannya, menikmati fase dimana mereka lepas tanpa segala tuntutan kehidupan yang harus dipenuhi, belajar dengan bahagia, dan membuat kenangan masa kecil yang menyenangkan. Kadangkala obsesi orang tua bukan yang terbaik untuk anak. Orang tua yang mampu menyesuaikan dengan kemampuan dan potensi anak, akan memberikan ruang untuk anaknya berdiri dengan cemerlang tanpa perlu cacian ketika gagal. Tapi dibalik itu, menjadi orang tua adalah pengalaman pertama, begitu juga anak, kehidupan ini adalah pengalaman pertama mereka menjadi seorang anak.

Bang Goo Ppong menegur ibunya sekaligus orang-orang di persidangan dengan tingkah anehnya ini. Sebagaimana tindakan yang diambilnya untuk membebaskan anak-anak dari ketakutan dan rutinitas yang melelahkan sehingga merampas kebahagiaan mereka, ada banyak ruang yang anak-anak inginkan, salah satunya bermain dengan riang gembira. Hingga kelak ketika dewasa tidak ada luka masa kecil yang lekat dalam dadanya, menjadi anak-anak yang terperangkap dalam raga dewasa. 

Setiap orang tua memiliki caranya, tapi setiap anak mempunyai hak yang sama. Semoga sehat untuk seluruh orang tua yang mendidik anaknya dengan kasih sayang dan riang gembira.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline