Pada tahun 2020, dunia dihebohkan dengan adanya virus covid-19 yang mulai menyebar dan memberikan efek negatif seperti tingginya angka kematian. Untuk mencegah terjadinya penyebaran covid, Pemerintah Indonesia memutuskan untuk mengadakan pembatasan kegiatan secara tatap muka dan melakukan kegiatan social distancing (jaga jarak) di berbagai bidang.
Salah satunya yaitu bidang pendidikan baik Sekolahan maupun Universitas yang diwajibkan untuk melakukan pembelajaran secara tatap muka (online) sampai batas waktu yang ditentukan. Meskipun belajar dari rumah, Mahasiswa juga berhak mendapatkan pembelajaran yang maksimal. Salah satunya yaitu dengan memanfaatkan media LMS (Learning Management System) yang banyak tersedia secara gratis di internet.
Tentu saja dengan adanya pembelajaran dari rumah, Mahasiswa dipaksa untuk merubah kesiapan belajarnya. Sebelumnya, yang setiap hari digunakan untuk menempuh perjalanan menuju kampus, berganti menjadi menghadap alat elektronik dan berdandan rapi.
Namun apakah mahasiswa akan selalu dan tetap menjalankan kegiatannya seperti berdandan rapi, menyalakan kamera ketika pembelajaran, dan berperan aktif selama pembelajaran? Jawabannya adalah tidak. Bahkan banyak mahasiswa yang lebih memilih untuk mematikan kamera. Hal ini terjadi karena dosen tidak menerapkan sistem Punishment ketika ada yang mematikan kamera, dan bisa juga terjadi karena kurangnya kesiapan belajar mahasiswa.
Kesiapan belajar dibagi menjadi beberapa aspek, menurut Slameto (2012) terdapat tiga aspek yang mempengaruhi kesiapan belajar. Salah satunya yaitu kondisi fisik, mental dan emosional. Berdasarkan aspek tersebut, ketiganya sangat mempengaruhi kegiatan mahasiswa selama pembelajaran dirumah.
Ada kemungkinan mahasiswa ijin sakit karena harus melakukan pemulihan dirj ketika terpapar covid-19. Disisi lain, mahasiswa pasti lebih merasa nyaman dirumah sehingga menunda pekerjaan atau tugasnya. Sehingga tugas semakin banyak dan menumpuk yang akhirnya dapat menyebabkan mahasiswa tersebut stress.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Suviana (2021) di SMAN 1 Cikande menghasilkan sebuah data bahwa banyak siswa yang tidak siap secara fisik dalam melakukan pembelajaran secara Online. Hal ini disebabkan karena beberapa siswa sakit dan ikut terpapar covid-19 yang menyebabkan kondisi tubuh tidak memungkinkan untuk mengikuti pembelajaran dengan baik.
Selain itu, akibat dari banyaknya tugas yang diberikan kepada siswa juga berpengaruh pada kesiapan fisik, sehingga membuat mereka lebih merasa kelelahan pada bagian tertentu yaitu badan dan mata. Selain itu berpengaruh juga terhadap kesiapan mental yang menyebabkan pikiran mereka terasa lelah karena harus menyelesaikan tugas yang harus dikumpulkan tepat waktu agar mendapatkan hasil yang maksimal.
Selain itu, dalam pembelajaran secara online ada kemungkinan lain yang dapat terjadi yakni seperti mahasiswa akan merasa malas dalam mengikuti pembelajaran atau kegiatan pembelajarannya diikuti dengan melakukan kegiatan lain. Maksud dari pembelajaran yang diikuti oleh kegiatan lain yaitu seperti menjemur pakaian, memasak, membersihkan rumah dan lain sebagainya.
Sehingga mahasiswa akan mematikan layar kamera dan tidak menampakkan wajahnya selama kegiatan pembelajaram berlangsung. Dampaknya pada diri sendiri dan pengajar yaitu kemungkinan terjadi miskomunikasi dan ketidakpahaman antara apa yang dimaksud dengan pengajar dan apa yang dikerjakan oleh mahasiswa.
Maka dari itu, untuk mengembalikan kesiapan belajar bagi mahaiswa walaupun berada dirumah diantaranya dengan memberikan pembelajaran yang membuat mahasiwa dapat aktif dalam pembelajaran, selain itu dosen juga dapat membuat suasana yang menyenangkan dalam pembelajaran seperti dengan mencairkan suasana sebelum pembelajaran atau ketika pembelajaran berlangsung.