Lihat ke Halaman Asli

Devi Apriliani

Pelajar SMAN 1 Pandeglang

Resensi Novel "About Life" (Tere Liye)

Diperbarui: 29 Januari 2020   19:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. GPU

Judul : About life 

Penulis : Tere Liye

Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama

Tahun terbit : 2019

Tebal : 128 hlm, 19 cm

Hubungan yang palinh penting dijaga saat kita ingin bahagia adalah hubungan kita dengan tuhan. Bukan hubungan dengan keluarga, teman, ataupun manusia. Bahkan bukan pula hubungan dengan media sosial seperti akun-akun twitter, facebook, instagram dan lain sebagainya. Pada dasarnya semua manusia akan pulang pada tuhan, tak ada satupun manusia yang ikut dengan kita pada saat itu. 

Diam. Pasti ada waktunya kita butuh diam. Sehingga pada akhirnya kita paham tentang banyak hal. Saat kita diam, kita tidak bicara apapun dan tidak bicara pada siapapun. Semuanya cukup direnungkan sedalam-dalamnya. Begitupun saat kita membaca buku. Saat kita melihat kutipan-kutipan dalam buku tersebut, kita merenungkannya. Saat itu pula kita bisa menemukan banyak hal yang bisa mengembalikan pemahaman terbaiknya. 

Buku ini hadir sebagai pelengkap dua buku Tere Liye sebelumnya, yaitu About friend dan About Love. Seperti judulnya, About Life, di dalam buku ini terdapat banyak sekali kutipan tentang kehidupan. Setidaknya ada 100 kutipan yg disampaikan oleh Tere Liye dalam buku ini. Di dalam buku ini juga terdapat banyak nasihat di dalamnya. Buku ini berisi kumpulan quotes-qoutes. Banyak hal yang bisa kita renungkan dalam buku ini. Dan mungkin sebagian besar orang akan setuju dengan kutipan-kutipan yang disampaikan oleh Tere Liye.

Berikut beberapa kutipan kalimat favorite dalam buku About Life :

1.  Minta maaf itu mudah. Maaf sana, maaf sini, maaf dimana-mana. Tapi berubah lebih sulit lagi. Dan inilah point paling penting nya. Jadi minta maaflah, lantas berubah. Itu baru konkret. Karena ketahuilah, orang-orang yang tidak berubah setelah minta maaf, boleh jadi tidak berhak atas kesempatan kedua (halaman 5)

2. Menangis tidak berarti lemah. Apalagi jika menangisnya bersimpuh mengadu kepada tuhan, sendirian. Itu pertanda betapa kuatnya kita. Kemudia menyadari, masih ada tempat yang lebih kuat, muara seluruh pengaharapan (halaman 7)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline