Lihat ke Halaman Asli

Melukis Pelangi

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bismillaahirrahmaanirrahiim.. Ketika bulir air bening tersamarkan oleh air langit, merenungkan setiap episode kehidupan.. Ternyata mirip langit.. Adakalanya cerah, namun tak jarang pula mendung hingga akhirnya hujan.. Dibalik semuanya, kudapati selalu  ada DIA yang tak pernah lupa dan meninggalkanku.. Serumit dan semenyebalkan apapun diriku.. Yaa.. hanya DIA.. Namun apakah aku selalu mengingat DIA? Apakah aku selalu berpikir bahwa DIA adalah segalanya? Apakah aku mencintai DIA dengan setulus hatiku? Pernahkah aku bersungguh-sungguh bersyukur atas apa yang telah DIA berikan padaku? Seberapa sering? Kapan terakhir kali aku melakukannya? Oh aku malu.. Malu pada DIA yang selalu memberikan nikmatNya padaku tanpa putus.. Baru terasa syukur itu ketika pipi tersentuh air langit.. Mengaliri tiap pori wajah yang mungkin lupa caranya tersenyum ketika terhimpit.. terhimpit masalah yang sebenarnya aku tau, hanya pada DIA aku mengadu dan meminta pertolongan.. Karena hanya DIA yang bisa menolongku.. Akan tetapi kecemasanku membuyarkan itu.. Baru terasa cintaNya ketika air langit itu jatuh menetesi kaki yang masih aktif melangkah, bahkan berlari.. Menetesi pundak yang masih sanggup memikul beban yang bahkan langit pun menolaknya.. Dan membasahi sekujur tubuh, yang masih dapat berfungsi secara optimal.. Ternyata nikmat sehat itu masih ku rengkuh.. Akan tetapi sibuknya aktivitasku melupakan itu.. Tergelitik batin ini ketika menilik kembali ingatan tentang ayat cinta dari DIA yang sangat dahsyat itu.. Yang hingga 31 kali dalam Ar-Rahman DIA sebutkan.. “Maka Nikmat Tuhanmu manakah yang kamu dustakan?” Maaf jika keluhku masih sering KAU dengar.. Maaf jika syukurku jarang ku ucap.. Tapi nikmatMu selalu ku jumpai, tanpa mengenal batas dan waktu.. Maaf jika aku masih jauh.. Padahal jika aku berusaha mendekatiMu dengan berjalan, KAU akan berlari menghampiriku.. Maaf yaa Rabb.. Aku terlalu sombong, padahal hanya KAU yang berhak sombong.. Aku mencintaiMu.. Aku akan belajar mencintaiMu di setiap kondisi.. Tersenyum melewati skenarioMu, bagaimanapun alur ceritanya.. Insya Allah.. Aku juga ingin melukis pelangi sendiri, pelangi dalam hidupku.. sehingga aku tak perlu menunggu air langit turun dan memunculkan pelangi.. karena sejatinya, tiap orang bebas berkreasi melukis pelangi dalam hidupnya.. Pelangi yang akan menjadi penguat ketika diri ditempa dengan hujan.. Hujan badai sekalipun.. Indahnya pelangi yang akan menguatkan tiap langkah untuk terus berpijak dimanapun Allah menempatkan.. Aamiin, insya Allah.. :) Jakarta, 16 April 2014 Renungan di tengah perjalanan kampus menuju kost’an




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline