Lihat ke Halaman Asli

Devi Anisa

mahasiswa

Ambisiku Menghancurkanku

Diperbarui: 1 Desember 2022   18:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Andaikan. Satu kata yang saat ini sangat Bajra harapkan. Andaikan aku tidak termakan emosi dan andaikan hal itu tidak terjadi adalah 2 hal yang Bajra andai-andaikan. Tapi apa daya? nasi sudah menjadi bubur dan tiadalah guna penyesalan karena Bajra sudah berada di jeruji besi ini.


Seketika Bajra kembali mengingat sisa-sisa kenangan terkelamnya di masa lalu. Hari itu merupakan penyesalan, kebodohan, dan juga kesalahan terbesar dalam hidupnya.


Dikala itu, Aku, Bajra, seorang pejabat yang disegani oleh bawahanku dan juga dicintai oleh rakyatku. Aku bergelimang harta, rumahku luas, garasiku penuh mobil bergengsi. Aku yang berumur 49 tahun ini dikaruniai 2 orang anak dari istri cantik lulusan Kedokteran Gigi, Raina Munaf.


Namun, ternyata semua keberkahan itu tidak membuatku puas. Semakin maju kehidupanku, semakin serakah juga nafsuku. Diam-diam, selama 2 tahun kebelakang aku meraup keuntungan lebih dengan cara ilegal. Dengan pangkatku, aku melakukan penyuapan juga pemerasan. Aku tau, aku paham, dan aku juga mengerti bahwa ini hal yang salah. Tapi, nafsu dan kegilaanku terhadap harta membutakan semuanya.


Hingga penyesalan terbesarku terjadi.


Dalam sekejap, seluruh kegiatan ilegalku terungkap di mata publik. Aku gelap mata, emosiku mengalir di seluruh tubuhku, amarahku menggebu-gebu, tak menyangka seluruh upaya dan usaha yang telah aku lakukan menjadi rusak berkeping-keping. Singgasana mewah nan melimpah ruah yang aku bangun sejak puluhan tahun lalu seketika musnah akibat ambisiku sendiri.


Berbagai cara aku pikirkan manipulasi terbaik untuk menyembunyikan fakta bahwa aku melakukan korupsi. Namun apa daya, aku tidak bisa mengalahkan hukum alam. Aku dinyatakan sebagai ‘tikus berdasi’. Aku yang memakai baju oranye ini hanya bisa pasrah di balik jeruji besi.


Ini pembelajaran terbesar untukku. Kupikir dengan jabatanku yang tinggi, dan hartaku yang banyak aku dapat memanipulasi keadaan, namun nyatanya nasib berkata lain dan hukum alam pun menjawab. Pada akhirnya, kegilaanku, nafsuku, dan ambisiku lah yang malah menghancurkanku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline