Lihat ke Halaman Asli

Devi Diany

padangdaily.com

Siap untuk Selamat dengan Aksi Antisipatif Multipihak

Diperbarui: 30 Juni 2024   21:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. Pribadi

Ada yang baru dalam pengurangan risiko bencana. Setidaknya bagi saya. Ini tentang Aksi Antisipatif (AA) yang didefenisikan sebagai tindakan sebelum bahaya yang dapat diperkirakan terjadi untuk mencegah atau mengurangi dampak kemanusiaan yang akut sebelum dampak tersebut benar-benar terjadi. (Defenisi G7: 2022).

Dokumen Aksi Antisipatif atau sering disingkat AA ini agaknya tepat diterapkan di Sumatera Barat yang dikenal sebagai etalase bencana. Seluruh bencana ada di Ranah Minang, sebut saja banjir, longsor, angin kencang, gunung meletus, kebakaran hutan dan lahan, abrasi pantai disamping potensi gempa dan tsunami.

BPBD Sumbar telah melakukan analisis profil kebencanaan di Sumbar dalam periode 2014-2023. Bencana angin kencang adalah yang paling banyak terjadi di Sumbar 4.067 kejadian (55,9 persen). Bencana longsor sebanyak 1.327 kejadian (18,2 persen) dan banjir sebanyak 997 kejadian (13,7 persen).

Apalagi dengan terjadinya perubahan iklim global. Indonesia menjadi salah satu negara paling rawan terhadap bencana khususnya perubahan iklim ini. Dinamika iklim yang tak terduga ini menyebabkan terjadinya bencana hidrometeorologi, seperti peningkatan curah hujan, penurunan curah hujan, suhu ekstrem, cuaca esktrem (hujan lebat,angin kencang ,kilat/petir).

Tak berlebihan, karena dampaknya sudah dirasakan di Sumatera Barat. Teranyar, banjir dan longsor di Sumbar pada 11 Mei 2024 lalu, menyebabkan kerugian harta benda bahkan 60 orang meninggal dunia.

Selama 2 hari, sejak Kamis (27/06/2024) hingga Jumat (28/06/2024) di Padang,  seluruh stakeholder terkait kebencanaan di Sumatera Barat, diantaranya BPBD Sumbar, Forum Pengurangan Risiko Bencana (PRB) Sumbar, perguruan tinggi, Dinas Pertanian, Dinas Sosial, Dinas Ketahanan Pangan, Dinas Kominfo, BMKG, Rumah Zakat, Human Initiative, MDMC, PMI, Forum Anak, Organisasi Penyandang Disabilitas serta BPBD Mentawai, Forum PRB Mentawai dan Forum NGO Mentawai, menjadi peserta Pengembangan Kapasitas dan Advokasi Tindakan Cepat dan Tepat untuk Aksi Antisipatif Multipihak.

Kegiatan yang diinisiasi oleh Fondasi Hidup (FH) Indonesia ini, menghadirkan dua Master Trainer Aksi Antisipatif (AA) FH Indonesia, masing-masing Adelina Simatupang dan Edi Hadoko, yang memberikan pemahaman bahwa AA didasari kepada upaya untuk mengurangi dampak kemanusiaan dan biaya respon, pemberian bantuan yang lebih bermartabat serta melindungi pembangunan (asset daerah).

Data Stasiun Klimatologi Sumbar

Menurut Adelina, sosialisasi Aksi Antisipatif yang dilaksanakan di Sumbar selama 2 hari ini, adalah pertama kalinya untuk wilayah Sumatera. Aksi Antisipatif akan diterapkan untuk pengurangan risiko banjir yang menjadi salah satu bencana hidrometeorologi dengan dampak yang cukup besar di Sumbar.

"Pada kontinum penanggulangan bencana, aksi antisipatif ini berada pada fase kesiapsiagaan dan siaga darurat. Analisis dampak bencana dilakukan pemerintah daerah dengan berpedoman pada data yang dirilis Stasiun Klimatologi BMKG," kata Adelina.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline