Lihat ke Halaman Asli

Devi Novianti Fernanda

Writer • Motivator • Content Creator • Muslimah Preneur

Haruskah Kita Menjadi Orang yang Sibuk?

Diperbarui: 29 September 2021   18:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber : pixabay.com

Menurutmu, punya kesibukan itu menyenangkan tidak, sih? Pastinya setiap orang punya jawaban tersendiri mengenai hal ini. Ada yang memang suka jika banyak kesibukan. Sehingga dia selalu mencari kegiatan-kegiatan untuk membuatnya banyak bergerak. Ada juga yang tidak suka jika terlalu sibuk. Inginnya punya banyak waktu luang dan bisa santai-santai.

Dari kedua hal di atas, mana yang lebih baik kita lakukan? Punya kesibukan itu bagus, tetapi kembali lagi, kesibukan apa dulu, nih? Kalau kesibukan tersebut dalam hal kebaikan atau mubah dilakukan dan bisa menambah poin penting dalam kehidupan, itu akan menjadi kesibukannya yang baik.

Hal-hal baik yang kita lakukan, akan membentuk kita menjadi lebih baik lagi. Apalagi jika hal itu menambah ketaatan kita kepada Allah. Dalam benak, kita ingin memanfaatkan waktu yang kita punya di dunia. Masya Allah.

Paling utama, kita harus menikmati apa yang kita lakukan itu. Supaya kesibukan kita tidak jadi beban. Jangan sampai keluhan membuat kita 'terpaksa' melakukannya. Bukan apa-apa, sayang saja kalau kita sudah merasa lelah melakukan semua kegiatan, tetapi kita tidak mendapat pelajaran berharga karena sibuk mengeluh. 

Nah, kalau kita sudah mulai merasa tertekan melakukannya, coba luruskan lagi niat kita. Juga kita coba cari kembali alasan mengapa di awal kita ingin melakukan hal tersebut.

Atau bisa juga kita coba koreksi, apa yang salah. Apakah kita terlalu memaksakan diri? Atau kita belum bisa me-manage waktu dengan baik? Sesekali kita memang harus evaluasi juga.

Hal yang bahaya jika kita ternyata disibukkan oleh keburukan. Waktu yang kita punya di dunia, lebih banyak dalam melakukan hal yang tidak bermanfaat, bahkan merugikan orang lain. Mungkin bagi kita hal itu menyenangkan, tetapi itu hanya perasaan sesaat dan hanya bertahan di dunia saja. Sedangkan, penyesalan akan menghampiri kita. Bisa saja saat kita masih di dunia, kita terkena dampak dari setiap hal yang kita lakukan. Bisa juga dampak serta penyesalan itu datang ketika di akhirat. Bukankah itu lebih menyeramkan?

Sebab penyesalan di akhirat tidak lagi berarti untuk kita. Tidak ada yang bisa kita perbaiki. Kita hanya akan menanggung setiap hasil dari pilihan-pilihan kita di dunia.

Namun, ada lagi yang cukup mengkhawatirkan, yaitu ketika kita memilih untuk santai-santai dan menjauhi diri dari kesibukan. Bukan apa-apa, sayang tidak, sih, waktunya? Sedangkan, waktu kita di dunia itu terbatas. Terlebih, kita tidak tahu batas waktu kita itu. Mungkin sesekali berdiam untuk istirahat atau berbenah, ada baiknya. Akan tetapi, jika istirahatnya terus-terusan, kapan akan sampai?

Ibnu Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah berkata,

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline