Lihat ke Halaman Asli

DEVA SEPTANA

Journalist

Dibawah 16 Tahun, Dilarang Main Media Sosial di Australia

Diperbarui: 21 Januari 2025   11:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Pada 29 November 2024, pemerintah federal Australia secara resmi mengesahkan undang-undang yang melarang anak-anak di bawah usia 16 tahun menggunakan media sosial. Aturan ini mulai diuji coba pada Januari 2025 dan akan berlaku penuh dalam waktu 12 bulan setelah pengesahannya. Sebagai langkah pertama di dunia, kebijakan ini memicu perdebatan luas di kalangan masyarakat, akademisi, hingga politisi.

Apa yang Melatarbelakangi Kebijakan Ini?
Tujuan utama dari kebijakan ini adalah melindungi anak-anak dari ancaman kekerasan daring dan dampak negatif lainnya, seperti cyberbullying dan paparan konten yang tidak pantas. Perdana Menteri Australia Selatan, Peter Malinauskas, menyamakan dampak media sosial dengan rokok atau alkohol, menekankan bahwa akses dini terhadap media sosial yang bersifat adiktif dapat membahayakan anak-anak.

Namun, di balik tujuan mulia ini, muncul pertanyaan: apakah larangan ini benar-benar solusi yang tepat, atau justru langkah reaktif yang diambil demi meraih dukungan politik?

Kritik dan Kekhawatiran Publik
Larangan ini mendapat kritik dari berbagai pihak, termasuk anggota parlemen independen Zoe Daniel dan senator independen dari Australia Barat, Fatima Payman. Daniel menyatakan bahwa larangan ini dapat membuat orang dewasa merasa lebih bebas membagikan konten apa pun di media sosial tanpa memikirkan dampaknya pada anak-anak. Ia juga menyoroti kenyataan bahwa anak-anak mungkin akan tetap mencari cara untuk mengakses platform tersebut secara diam-diam.

Fatima Payman, menggunakan istilah slang populer di TikTok, menyatakan bahwa kebijakan ini menunjukkan bagaimana suara kaum muda sering kali diabaikan dalam proses pengambilan keputusan. Bagi banyak anak muda, media sosial adalah tempat mereka berinteraksi, mengekspresikan diri, dan menjalani kehidupan sosial. Larangan ini dikhawatirkan dapat memutus koneksi sosial mereka dan meningkatkan risiko isolasi sosial.

Mengapa Larangan Ini Dinilai Tidak Efektif?
Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang tidak dibekali literasi digital sejak dini lebih rentan terhadap bahaya ketika mereka akhirnya mulai menggunakan media sosial. Tanpa pendidikan yang memadai, anak-anak tidak akan memiliki kemampuan untuk mengenali dan menghadapi risiko di dunia digital.

Sebuah contoh nyata baru-baru ini melibatkan seorang bintang OnlyFans yang mencoba merekrut remaja laki-laki berusia 18 tahun untuk membuat konten di platformnya. Kasus ini menunjukkan bahwa ancaman tidak selalu berasal dari akses langsung anak-anak ke media sosial, tetapi juga dari lingkungan digital yang lebih luas.

Pendekatan Berbeda: Finlandia sebagai Inspirasi
Finlandia menawarkan pendekatan alternatif yang komprehensif dalam menghadapi tantangan digital. Negara ini telah mengintegrasikan literasi digital ke dalam kurikulum pendidikan sejak tingkat taman kanak-kanak. Anak-anak diajarkan menggunakan alat digital dengan aman, memahami keamanan siber, dan mengenali manipulasi online.

Selain pendidikan formal, Finlandia juga menyediakan program literasi digital bagi orang dewasa melalui perpustakaan umum dan pusat komunitas. Inisiatif anti-hoaks yang diluncurkan pada 2014 adalah contoh konkret bagaimana pemerintah Finlandia mempersiapkan warganya menghadapi lanskap digital yang semakin kompleks.

Apa Solusi Jangka Panjangnya?
Melarang anak-anak menggunakan media sosial hingga usia 16 tahun memang tampak seperti solusi instan, tetapi sebenarnya tidak menyelesaikan akar permasalahan. Sebaliknya, langkah ini dapat menciptakan masalah baru, seperti isolasi sosial dan kurangnya keterampilan digital.

Solusi yang lebih efektif adalah pendekatan jangka panjang yang melibatkan pendidikan literasi digital, peningkatan kesadaran, dan kebijakan perlindungan yang terintegrasi. Dengan demikian, anak-anak tidak hanya dilindungi dari bahaya, tetapi juga dibekali keterampilan untuk menghadapi dunia digital dengan bijak.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline