Lihat ke Halaman Asli

DEVA SEPTANA

Journalist

Iri Hati di Era Media Sosial

Diperbarui: 21 Januari 2025   07:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Di era digital seperti saat ini, dunia telah berubah dengan cepat dan drastis. Dahulu, rasa iri muncul dalam situasi tertentu, seperti ketika tetangga membeli mobil baru atau seseorang yang kita kenal pergi berlibur ke luar negeri. Namun, perasaan tersebut biasanya hanya bersifat sementara dan tidak berlangsung lama. Kini, dengan hadirnya media sosial, rasa iri dapat muncul kapan saja, bahkan dalam kehidupan sehari-hari, melalui layar kecil yang selalu kita bawa: ponsel.

Apa yang Terjadi?
Media sosial telah menjadi alat yang memungkinkan kita membandingkan hidup kita dengan orang lain. Dengan berbagai unggahan yang terlihat sempurna, media sosial memengaruhi cara kita melihat kehidupan kita sendiri. Banyak orang memamerkan pencapaian, perjalanan mewah, atau momen-momen bahagia yang tampak tanpa cela. Hal ini sering kali memicu rasa iri, meskipun kenyataannya, apa yang ditampilkan belum tentu menggambarkan kehidupan sebenarnya.

Siapa yang Terdampak?
Hampir semua pengguna media sosial, baik muda maupun tua, rentan terhadap fenomena ini. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa pengguna media sosial cenderung memamerkan hal-hal yang dianggap menarik secara sosial. Mereka memilih dengan cermat apa yang ingin dibagikan untuk menciptakan citra diri yang ideal. Akibatnya, para pengikut atau teman mereka kerap merasa bahwa hidup orang lain lebih baik daripada hidup mereka sendiri.

Kapan dan Di Mana Fenomena Ini Terjadi?
Fenomena ini dapat terjadi kapan saja dan di mana saja. Setiap kali kita membuka ponsel untuk menggulir media sosial, ada kemungkinan kita akan menemukan sesuatu yang memicu rasa iri. Mungkin itu sebuah unggahan tentang keberhasilan karier seseorang, perjalanan eksotis ke luar negeri, atau hanya sekadar foto penuh gaya di sebuah kafe mewah.

Mengapa Hal Ini Terjadi?
Menurut filsuf Yunani kuno, Aristoteles, iri hati adalah rasa sakit terhadap keberuntungan orang lain. Definisi ini, meskipun ditulis lebih dari dua ribu tahun yang lalu, masih sangat relevan di era modern. Media sosial memperbesar rasa iri ini dengan memberikan ilusi bahwa kehidupan orang lain jauh lebih baik daripada kenyataan yang sebenarnya. Kehidupan sehari-hari kita yang biasa-biasa saja tampak kurang menarik dibandingkan dengan sorotan kehidupan orang lain yang sering kali telah diedit dan dipoles.

Bagaimana Kita Bisa Mengatasinya?
Rasa iri sebenarnya adalah respons alami manusia. Namun, penting untuk mengelolanya dengan cara yang sehat agar tidak berubah menjadi emosi negatif, seperti dengki. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat membantu:

Mengakui Rasa Iri
Langkah pertama adalah mengakui bahwa kita merasa iri. Dengan mengenali emosi ini, kita dapat mengubahnya menjadi motivasi untuk perbaikan diri. Misalnya, jika kita iri melihat seseorang yang sukses dalam karier, kita dapat memanfaatkannya sebagai inspirasi untuk bekerja lebih keras dan mengejar tujuan kita.

Memilih Panutan dengan Bijak
Identifikasi orang-orang yang memberikan dampak positif dan motivasi bagi kita. Teladan ini bisa berasal dari teman, keluarga, atau bahkan figur publik. Sebaliknya, jika ada orang yang justru membuat kita merasa rendah diri, berhenti mengikuti mereka di media sosial mungkin adalah langkah yang bijak.

Menggunakan Media Sosial dengan Bijak
Batasi waktu penggunaan media sosial dan cobalah untuk lebih fokus pada kehidupan nyata. Ingatlah bahwa tidak semua yang kita lihat di media sosial adalah gambaran yang sebenarnya. Dengan memahami bahwa orang lain juga menghadapi tantangan yang tidak terlihat, kita dapat lebih mudah menerima diri sendiri.

Praktikkan Empati dan Bersyukur
Latihlah diri untuk bersyukur atas apa yang kita miliki dan kembangkan empati terhadap orang lain. Ketahuilah bahwa orang yang kita iri juga memiliki perjuangan yang mungkin tidak mereka tunjukkan.

Penutup
Media sosial, meskipun memberikan banyak manfaat, dapat menjadi pedang bermata dua yang memengaruhi kesehatan mental kita. Dengan mengenali dampaknya dan mengelola rasa iri dengan cara yang sehat, kita dapat menggunakan media sosial untuk memperbaiki diri tanpa terjebak dalam perasaan negatif. Ingatlah, hidup kita adalah perjalanan unik yang tidak perlu dibandingkan dengan orang lain.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline