Lihat ke Halaman Asli

Diversity, Equity & Inclusion (DE&I) Bukan Lagi Sekadar Formalitas

Diperbarui: 20 Oktober 2024   02:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

DE&I (Diversity, Equity, & Inclusion): Tidak Lagi Sekadar Formalitas

Jakarta - Dalam beberapa tahun terakhir, isu keragaman, kesetaraan, dan inklusi (DE&I) telah menjadi topik utama di berbagai sektor. Tahun 2024 menandai langkah signifikan bagi organisasi dalam memandang DE&I bukan hanya sebagai pemenuhan kewajiban hukum, tetapi juga sebagai bagian integral dari strategi bisnis dan budaya perusahaan. Tren ini semakin terlihat jelas ketika banyak perusahaan mulai mengadopsi pendekatan proaktif dalam memperluas pemahaman mereka terhadap identitas, kemampuan, dan bahkan transparansi gaji.

Perubahan Paradigma dalam Organisasi

Saat ini, DE&I bukan lagi dianggap sebagai formalitas belaka. Organisasi mulai menyadari bahwa keberagaman yang dikelola dengan baik dapat memberikan keuntungan kompetitif. Di berbagai industri, pendekatan yang lebih inklusif terhadap karyawan dari berbagai latar belakang kini menjadi prioritas. Organisasi tidak hanya menargetkan representasi yang beragam, tetapi juga berupaya menciptakan lingkungan yang benar-benar inklusif, di mana setiap individu merasa dihargai dan memiliki kesempatan yang setara.

Salah satu perubahan signifikan dalam pendekatan DE&I di tahun 2024 adalah fokus pada intersectionality atau persilangan identitas. Istilah ini mengacu pada pengakuan bahwa seseorang bisa memiliki lebih dari satu identitas yang saling berinteraksi, seperti ras, gender, orientasi seksual, disabilitas, atau status ekonomi. Organisasi kini lebih memperhatikan kompleksitas ini dalam kebijakan dan program DE&I mereka.

Inklusi Lebih Holistik

Menurut para ahli, inklusi yang lebih holistik adalah kunci dalam upaya mendorong DE&I di tempat kerja. Organisasi di tahun 2024 semakin menyadari pentingnya tidak hanya menekankan representasi, tetapi juga mengembangkan lingkungan kerja yang memungkinkan karyawan dari berbagai latar belakang untuk berkontribusi secara penuh. Salah satu cara yang semakin populer adalah dengan mengintegrasikan pemahaman DE&I ke dalam budaya perusahaan, mulai dari proses rekrutmen hingga pengembangan karier dan manajemen bakat.

"Kami berupaya memastikan bahwa setiap karyawan merasa bahwa suara mereka didengar dan dihargai, terlepas dari latar belakang mereka," kata seorang direktur HR di salah satu perusahaan multinasional di Jakarta. "Langkah ini bukan hanya untuk memenuhi persyaratan hukum, tetapi juga karena kami percaya bahwa keberagaman memperkaya perspektif dan inovasi di perusahaan kami."

Transparansi Gaji dan Kesetaraan

Salah satu aspek penting dari DE&I yang semakin mendapatkan perhatian adalah transparansi gaji. Di berbagai negara, tekanan bagi perusahaan untuk lebih transparan terkait kesenjangan upah antara gender dan kelompok lainnya semakin meningkat. Organisasi yang proaktif dalam menangani kesenjangan upah ini tidak hanya memperkuat kepercayaan karyawan, tetapi juga meningkatkan reputasi mereka di mata publik dan calon karyawan.

Data menunjukkan bahwa ketidaksetaraan gaji masih menjadi masalah signifikan di banyak industri. Menurut survei yang dilakukan oleh sebuah lembaga riset global, perempuan dan kelompok minoritas masih menghadapi hambatan besar dalam mencapai kesetaraan gaji. Namun, di tahun 2024, semakin banyak perusahaan yang mulai memperbaiki kebijakan mereka untuk memastikan kesetaraan kompensasi. Beberapa perusahaan bahkan secara sukarela mempublikasikan informasi terkait gaji karyawan mereka sebagai bentuk komitmen terhadap transparansi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline