Sosiologi mempelajari berbagai aspek kehidupan manusia dan salah satu ruang lingkup yang diamati adalah interaksi sosial yang terjadi dalam masyarakat. Inti dari interaksi sosial adalah komunikasi, sehingga muncul yang dinamakan Sosiologi Komunikasi. Sosiologi Komunikasi adalah ilmu yang mempelajari atau menelaah hubungan timbal balik antara media massa dengan masyarakat (Hasti Hasmira, 2008). Sosiologi Komunikasi juga mempelajari bagaimana komunikasi dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial seperti budaya populer dan khalayak.
Budaya populer sangat melekat dengan kehidupan masyarakat. Hampir semua masyarakat mengikuti budaya populer dan sudah menjadi gaya hidup mereka. Istilah budaya populer merujuk pada budaya masyarakat. Pada umumnya, budaya populer relevan dengan kebutuhan masyarakat pada masa sekarang dan mudah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Budaya populer adalah budaya yang lahir atas keterkaitan dengan media. Artinya, media mampu memproduksi sebuah bentuk budaya, maka publik akan menyerapnya (Setiawan, 2013).
Saat ini hampir semua masyarakat menggunakan media. Jadi, mayoritas masyarakat merupakan khalayak. Khalayak merupakan masyarakat yang menggunakan media massa sebagai sumber pemenuhan kebutuhan medianya. Khalayak dapat dibedakan menjadi dua yaitu khalayak aktif dan pasif. Khalayak aktif berangkat dari Stuart Hall dalam tradisi culturalstudies model encoding atau decoding. Dalam proses komunikasi penyampaian pesan dikirim (encoding), kemudian diterima (decoding). Pesan yang disampaikan akan dimaknai secara berbeda-beda yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti kepentingan atau latar belakang dan pengalaman. Sedangkan, khalayak pasif yaitu khalayak yang tidak berdaya di hadapan media.
Adanya relasi antara budaya populer dan khalayak dapat dicerminkan dengan fenomena belanja online yang terus mengalami peningkatan di Indonesia. Belanja online adalah layanan jual beli barang yang dilakukan melalui internet tanpa harus bertatap muka secara langsung antara penjual dan pembeli (Sari, 2015).
Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi masa kini yang semakin canggih, belanja online dapat dilakukan melalui beberapa aplikasi seperti Shopee, Tokopedia, Lazada, Bukalapak, Tiktok Shop, dan lain sebagainya. Hal ini dapat memudahkan khalayak sebagai konsumen dalam mencari barang yang mereka inginkan. Konsumen bisa melihat barang-barang berupa foto atau bahkan juga video (Nurhayati, 2017).
Meskipun belanja online sudah menjadi hal lazim dan banyak toko online terpercaya, bukan berarti tidak ada hal seperti penipuan. Masih banyak oknum mengincar pembeli yang kurang cerdas dalam belanja online. Penipuan belanja online adalah suatu bentuk kecurangan yang terjadi melalui medium internet, sehingga Sosiologi Komunikasi dapat membantu untuk memahami bagaimana penipuan tersebut terjadi serta bagaimana dampaknya terhadap individu dan masyarakat.
Penipuan belanja online dapat terjadi ketika seseorang menjual produk yang tidak ada atau tidak sesuai dengan deskripsi, mengambil uang pelanggan tanpa mengirimkan produk yang telah dibeli, dan mengirimkan produk yang tidak sesuai dengan apa yang telah dibeli pelanggan. Oleh karena itu, penting bagi setiap orang untuk berhati-hati saat belanja online dan mengikuti beberapa langkah pencegahan untuk menghindari penipuan belanja online.
Berikut beberapa langkah pencegahan untuk menghindari penipuan belanja online :
- Belanja di toko online yang terpercaya
Pastikan bahwa toko online yang digunakan terpercaya.
- Membaca ulasan pelanggan
Baca ulasan pelanggan sebelum membeli untuk mendapatkan gambaran tentang kualitas produk dan layanan penjual.
- Menggunakan metode pembayaran yang aman