Salah satu hal yang menyenangkan saat Hari Raya Idul Adha adalah berkumpul bersama keluarga dan orang-orang tersayang sambil melakukan ritual tahunan yaitu nyateeee!!!Sebenarnya kemarin, saya berencana untuk tidak mengikuti ritual tersebut karena salah seorang sahabat saya masuk rumah sakit jadinya saya ingin menjenguknya. Rencana tinggalah rencana. Saat sepatu sudah siap digunakan ternyata sepupu saya datang bersama seorang temannya, yang tidak lain adalah teman SMU saya. Bertujuan untuk sopan dengan tamu, akhirnya saya duduk dan mengobrol dengan mereka. 5 menit…10 menit…15 menit…sampai akhirnya bujuk dan rayu keluar dari mulut keluarga saya. “Udah…gak usah pergi. Di sini aja. Tahun kemarin juga gak ikutan…” Deg! Saya kaget! Hah…tahun kemarin saya gak ikutan pesta ini? Saya bingung terus tahun kemarin saya kemana yach…*sampai sekarang tidak ingat*. Keputusan: tidak jadi pergi, sms salah seorang teman dan saya jelaskan kenapa saya membatalkan kepergian saya. *Cielah…resmi banget bahasanya, he…* Yasudah…let’s party started. Daging siap dicacah, bumbu siap diaduk-aduk, pembakaran siap dikipas-kipas, dan masker siap dipakai. Apakah saya yang melakukan pembakaran ini? Tentu saja tidak! Ada seorang om saya, yang selalu saja bersedia setiap tahun melakukan ritual ini dan dia adalah master of ceremonialnya a.k.a jadi tukang sate. Menyenangkan. Tidak ada kata yang lebih tepat menggambarkan keadaan semalam. Tawa, curhat, emosi bercampur menjadi satu. Menyenangkan [caption id="attachment_73493" align="aligncenter" width="960" caption="Sisa-sisa pembakaran semalam. Alhamdulillah :)"]
12900612071228338913
[/caption] Alhamdulillah, ya Allah untuk semua kebahagiaan ini. Kebersamaan keluarga ini sungguh indah. Terimakasih ya Allah:)
Deva, yang sedang mengingat betapa menyenangkannya semalam, Nov 18, 2010