Lihat ke Halaman Asli

Aku

Diperbarui: 26 Juni 2015   13:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Pondok kecil dengan air mengalir jernih itu masih ada

Dulu

Kita pernah disana

Hanya kita…

Kudengar keluh kesahmu

Bagaikan mendengar desau bayu diantara dedaunan disamping kanan kiri kita

Hangat telapak tanganmu masih terasa disini

Diantara jemari ku, tersimpan rapi dalam ingatan

Petani kangkung itu masih disana

Berperang melawan lumpur hanya untuk sang buah hati

Kenangan itu tlah lama tak terkuak lagi

Sampai senyum itu muncul lagi

Ketika seorang yang tak berdaya mengharap sebuah kata ajaib

Kesembuhan...

Aku lemah kini...

Tak seperti dulu...

Mampu mendaki gunung dan merayap tebing

Berjalan tegap bak tentara perang

Berotot laksana tokoh pewayangan

Aku kini disini

Tak ada semangat

Asa tlah lama ku buang jauh

Aku hanya ingin satu kata lagi

Hidup

Bernafas diantara jerami, menghirup udara yang tak perlu bayar

Tapi...

Senyum itu tlah memberiku beberapa kata

Tak hanya satu

Aku bersemangat menghadapi hidup yang tak kunjung berkesembuhan ini

Bahagia....

Aku tak berharap senyum itu kembali

Cukup seperti ini saja, karena senyum itu aku hidup lagi...

Senyumlah sekali lagi untuk ku




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline