Lihat ke Halaman Asli

Menjadi Manusia Biasa...

Diperbarui: 26 Juni 2015   08:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Pada kenyataannya, jadi manusia biasa itu sangat sulit. Beda halnya saat kita memilih untuk menyepi menjadi biarawan, atau kyai di pondok pesantren nun jauh dari peradaban biasa.

Kenapa? Karena saat kita memilih untuk menyepi, otomatis godaan-godaan yang dialami oleh manusia, akan berbeda sesuai dengan lingkungan tempat kita berada. Saat kita berada di lingkungan yang mendorong untuk tidak melakukan apa yang dilakukan oleh manusia biasa. Tentu saja saya akan bilang, menjadi manusia biasa itu sulit.

Manusia biasa setiap harinya disibukkan untuk bekerja, mencari penghidupan dunia. Beda hal-nya dengan para biarawan, biksu maupun biksuni. Mereka diajari untuk melepaskan ketergantungannya pada dunia dan harta di tempat yang memang tidak menyediakan apa-apa. Sanggupkah kita menjadi biarawan, biksu, maupun biksuni?

Bagi mereka yang terbiasa jadi manusia biasa dan berimigrasi menjadi "manusia suci", tentulah itu hal yang sangat sulit. Dari terbiasa dengan hal-hal duniawi hingga berusaha sedikit-demi sedikit untuk melepas semua nafsu. Dan bukankah pertarungan melawan nafsu tak akan pernah berhenti sebelum kita mati?

Jadi, siapa yang memilih menjadi manusia biasa? Yang menjadikan waktu hidupnya sebagai proses belajar menjadi lebih baik setiap waktu.. Yang menjadikan dunia sebagai ladang amalnya...

Jadi manusia biasa memang sulit.. Layaklah para malaikat pun bersujud di depannya pada awal penciptaan. Karena begitu banyak yang harus ditakhlukkan manusia untuk lebih dari sekedar manusia biasa..




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline