Lihat ke Halaman Asli

Belatung dan Keceriaan Burung

Diperbarui: 26 Juni 2015   08:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Aku liat seekor belatung sedang menggelepar di pinggir jalan aspal.Menggeliat kepanasan, mencoba menyelamatkan diri dari sengatan matahari. Merayap di pinggiran aspal demi mencari tempat perlindungan.


Tak berapa jauh dari tepian aspal, kulihat burung-burung bernyanyi riang. Mereka mematuk-matuk tanah lembab dengan sukaria. Belatung-belatung gemuk rupanya beringsut masuk ke dalam paruh mereka.


Di keheningan waktu antara aku, belatung, dan burung adalah... Suatu kesadaran...


Di setiap hal selalu ada kebalikan untuk hal tersebut. Belatung yang dianggap menjijikkan dan banyak teronggok di tumpukan sampah adalah kesenangan tersendiri bagi burung-burung yang sedang mencari makan. Belatung adalah sumber penghidupan sang burung. Pun sampah adalah gua hibernasi bagi belatung-belatung yang berkembang biak.


Inilah rantai yang tidak bisa kita putus dari kehidupan.


Yang tidak kita sukai sebenarnya adalah hal yang disukai orang lain. Apa yang tidak kita sukai kadangkala adalah kehidupan bagi orang lain, dan mungkin hal-hal yang terkesan menjijikkan dan kumuh justru hal-hal yang sebenarnya paling kita butuhkan untuk membangunkan kesadaran.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline