Dalam persiapan mudik, selalu ada barang-barang yang sudah semestinya tak ketinggalan dan wajib dibawa dalam perjalanan, seperti seperangkat kamera, sepasang sepatu, laptop, smartphone, headphone, hardisk eksternal, dan tentu saja dompet.
Seperangkat kamera untuk berwisata sembari merekam keindahan sekaligus moment di kampung halaman. Sepasang sepatu untuk membuat langkah yang dibuat lebih nyaman. Sebuah laptop guna menyelesaikan sisa pekerjaan sekaligus edit foto maupun video. Ponsel pintar untuk urusan komunikasi dan transaksi perbankan. Headphone untuk menjaga mood dengan mendengar lagu-lagu nan enerjik selama perjalanan. Hardisk eksternal untuk penyimpanan data-data penting, serta dompet, yang isinya identitas diri, dana tunai dan non-tunai.
Kalau pakaian, ataupun oleh-oleh, saya tak terlalu pikirkan, karena sebelum keberangkatan dari Ibukota (Jakarta), menuju kampung halaman (Sumbawa besar), semuanya sudah dipercayakan perusahaan pengiriman logistik (yang lebih murah dibanding bayar bagasi pesawat). Oleh karena, mudik menjadi nyaman, aman, dan dibikin simpel.
Dibanding dengan mudik tahun lalu, tahun ini dapat dikatakan sudah lebih siap dari biasanya. Apalagi prihal dana-dana yang siap dikucurkan kala mudik sudah mulai menghindari tradisi bawa banyak duit cash. Semisal, saat jalan dari kost-kost-an ke Bandara dengan memanfaatkan E-toll Card, belanja cemilan selama perjalanan dengan Flazz, dan yang terpenting dari semuanya ialah membawa kartu debit.
Kenapa? Karena saat mudik, kartu inilah yang dapat berbicara banyak saat ada hal-hal yang tak sesuai ekspektasi menghampiri. Sebut saja pengalaman ketinggalan pesawat. Jikalau tanpa kartu debit (hilang atau ketinggalan), rasanya kita akan mati kutu untuk segera mencari tiket keberangkatan lainnya, apalagi harga yang ditawarkan tiket pesawat ke bagian timur Indonesia, selalu berada diatas 1 juta, sehingga agak ajaib pula jika stock duit yang menempati dompet sebanyak itu saat mudik, dan kalaupun ingin mengurus kartu yang hilang, bisa memakan waktu yang lama karena harus ke bank dan belum lagi rasa was-was jumlah tabungan yang berada didalam rekening masih seperti semula.
Namun, diri pribadi beruntung dapat merasakan kemajuan teknologi, yang berdampak mempermudah transaksi sehari-hari (termasuk saat mudik). Mau tak mau diri pribadi langsung mengikuti selera zaman. Yups, hanya mengikuti, nikmati dan merasakan manfaatnya.
Itulah kemudahan yang saya rasakan kala bersentuhan pertama kali melalui aplikasi m-BCA, yang didownload via App Store maupun Google PlayStore. Berkat aplikasi tersebut, kemudahan seperti mengirim duit sembari silaturahmi melalui BCA Keyboard dapat dilangsungkan, sekalipun lupa nomor rekening, aktivitas transfer dapat berjalan lancar berkat adanya QRku. Bahkan kala ingin membuat rekening baru, bisa langsung dibuat dalam satu waktu itu juga, tanpa harus beranjak menuju kantor cabang sembari berpanas-panasan ataupun mengantri.
Melalui banyaknya kemudahan yang ditawarkan m-BCA, hal yang menjadi favorit tentu saja tarik tunai tanpa kartu. berkat langkah revolusioner tersebut, diri pribadi serasa ingin me-museumkan saja kartu debit, karena sangking mudahnya cara tarik tunai tanpa kartu, terutama saat adanya pengeluaran diluar ekspektasi seperti diatas, rasa was-was kartu hilang bisa diminimalisir oleh inovasi terbaru dari BCA.
Tinggal buka aplikasi m-BCA, klik menu tarik tunai, lakukan transaksi, kemudian kode tarik tunai didapatkan. Atau lebih jelasnya bisa dilihat pada langkah-langkah dibawah ini:
Berkat kemudahan ini, mudik pun menjadi lebih semarak dari biasanya. Resiko seperti kartu tertelan, hilang, ketinggalan, atau duit cash menipis, semuanya bisa diatasi sepanjang ponsel pintar masih dalam genggaman.