Lihat ke Halaman Asli

Detha Arya Tifada

TERVERIFIKASI

Content Writer

Mengenal Ahmad Wahib dari Buku "Pergolakan Pemikiran Islam"

Diperbarui: 27 Mei 2019   22:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ahmad wahib/ dethazyo

Sudah menjadi hak manusia untuk memutuskan setuju atau tidak setuju akan suatu hal. Termasuk dalam mencari sesosok yang menginspirasi dalam kehidupan. karena kadang kala apa yang kita sukai, di orang lain belum tentu. Hal inilah yang dirasa oleh diri pribadi saat memunculkan kembali nama dari Ahmad Wahib ke permukaan.

Melalui pemikiran-pemikirannya yang terkenal berani dalam membedah sesuatu (terutama prihal agama), sehingga pemikirannya disukai sebagian orang, dan tak jarang pula ada yang tak sepaham dengannya, sampai-samapai mereka pun memberi label sesat pikir dan sok tahu pada sosoknya.

Sekiranya, itulah yang saya dapat, kala membaca (kembali) catatan-catatan harian dari Ahmad Wahib (dari tahun 1969-1973) yang oleh teman-temannya (Djohan Effendi & Ismed Natsir), dirangkum menjadi sebuah buku yang berjudul "Pergolakan Pimikiran Islam." Sekalipun Ahmad Wahib yang empunya catatan sudah hilang dari panggung utamanya didunia, tepat pada 31 Maret 1973  dengan usia yang masih sangat muda, 30 tahun yang lalu, tertabrak oleh sepeda motor kecepatan tinggi, saat pulang dari kantor Tempo.

Lahir dari rahim seorang keluarga santri yang teguh dalam beragama di Sampang Madura, pada 9 November 1942. Bahkan, ayahnya mengemban status sebagai seorang kiai pimpinan salah satu pondok pesantren disana. justru, tak membuat ayahnya membatasi prihal pergaulan dan pendidikan anaknya.

Malah, olehnya, Wahib diizinkan mengenyam pendidikan di bangku sekolah umum, dan setelahnya melanjutkan kuliah, merantau dari Madura menuju Yogyakarta mengambil studi di fakultas Ilmu Pasti dan Ilmu Alam Universitas Gajah Mada.

Disinilah wahid tak sekedar kuliah, karena disitu ia turut pula membangun pengalaman berorganisasi dengan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Berkat keaktifannya di organisasi, ia dan teman-temannya menggagas forum diskusi bernama "Lingkaran Diskusi Limited Group." Yang dihuni pula oleh nama besar lain seperti  Muhammad Dawam Rahardjo, Djohan Effendi, Mukti Ali, dan lainnya.

Rata-rata topik yang dibahas pun meliputi teologi, kebudayaan, politik, pendidikan dan proses pembaharuan pemahaman islam. Menariknya, dari beberapa diskusi, ia turut merekam pemikiran-pemikirannya melalui catatan harian yang mengindikasi, dirinya begitu giat menghadapi pergulatan pikiran dalam proses pencariannya akan kebenaran.

buku pergolakan pemikiran islam/ dethazyo

Kalau bertanya, seperti apa saya mengenal Ahmad Wahib setelah membaca buku ini? Maka jawaban yang muncul seperti ini: Alat musik ketika dimainkan, mau tak mau menghasilkan nada-nada indah. Pena jika dimainkan pada secarik kertas, mau tak mau akan menghasilkan buah tulisan yang indah. Dan pikiran jika dimainkan mau tak mau akan menghasilkan pemahaman yang tak hanya baru, tetapi sesuai dengan takaran yang bisa dipahami oleh zaman.

Itulah kesan saya akan Ahmad Wahid. Selebihnya karena pendapat inilah yang menuntun saya pertama kali menuju gerbang karyanya. "Aku bukan nasionalis, bukan katolik, bukan sosialis. Aku bukan buddha, bukan protestan, bukan westernis. Aku bukan komunis. Aku bukan humanis. Aku adalah semuanya. Mudah-mudahan inilah yang disebut muslim."

Sangking menariknya pola pikir ini, saya yang sedari dulu tak begitu tertarik dengan pergolakan pemikiran (apalagi prihal agama), sampai meluangkan waktu untuk sejenak mengambil jeda, mempersiapkan waktu, dan membedah karyanya (catatannya) satu demi satu.

Terkait kutipan terkenalnya, tak hanya membuat saya saja yang takjud, bahkan Abdurrahman Wahid sekalipun sampai-sampai mengungkap kekagumannya yang terbitkan oleh Tempo (19 September 1981), dengan mengungkap, alangkah mulianya pribadi Ahmad Wahib, dan alangkah sempurna kemuslimannya, bak tukang batu yang menghantam palunya ketembok guna menguji kekuatan dan daya tahan tembok tersebut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline