Lihat ke Halaman Asli

Detha Arya Tifada

TERVERIFIKASI

Content Writer

Cerpen | Jeda Itu Bernama Bulan Ramadan

Diperbarui: 23 Mei 2019   22:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

karena kamu cuma satu/ Thomas Ward from Pexels

Dalam masa Perang Diponegoro atau yang lebih dikenal dengan perang Jawa (perang yang berlangsung salama 5 tahun dari 1825 -1830), ada suatu moment dimana perang yang masih berlangsung, terjadi pemandangan tak biasa, yaitu saat memasuka bulan Ramadan, seketika perlawanan yang di komandoi oleh Pangeran Diponegoro, memilih untuk mengambil jeda alias libur dengan gencatan senjata.

Alasannya, beliau tak ingin menodai bulan Ramadan dengan peperangan. Oleh karenanya, ia langsung memilih fokus untuk beribadah, berserah diri kepada yang maha kuasa, berlatih kanuragan, sembari menyerap berkah dari bulan baik, bulan yang penuh ampunan bernama bulan Ramadan.

Baginya, segala jenis pembicaraan apapun tentang perang takkan diladeni, sekalipun ada pertemuan, kiranya cuma berbentuk ramah tamah biasa. Maka dari itu, segala macam siasat, segala macam angkat senjata, dan segala macam keinginan untuk membumi hanguskan penjajah, berhenti total di bulan Ramadan.

Tapi, entah kenapa cerita diatas sedikit mirip dengan cerita dua pasangan kekasih yang sudah 10 tahun hidup bersama, Nanda dan Chris. Sama seperti kisah-kisah kebanyakkan orang, hubungan mereka layaknya cerita indah yang selalu dilantunkan oleh para remaja. Sama-sama menimbah ilmu disatu perguruan tinggi, satu jurusan, hidup dalam satu cinta, dan berlanjut dalam satu moment indah yaitu pernikahan, yang diwakili oleh sepucuk surat berisi pepatah melayu:

Ke Teluk sudah, ke Siam sudah
Ke Mekah saja saya yang belum
Berpeluk sudah, bercium sudah
Bernikah saja saya yang belum  

Lalu kemudian, mereka bersama menjalankan rumah tangga. Hari demi hari mereka lewati dengan penuh bahagia. Bahkan, nyaris setiap harinya selalu dipenuhi tawa oleh keduanya. Chris yang terkagum-kagum oleh cara Nanda bercerita, dan Nanda yang balik kagum atas humor-humor nan sederhana dari Chris.

Semuanya hidup dalam porsi masing-masing, bahagianya mereka kalau dapat diukur tentu akan dikategorikan dalam kebahagiaan yang berlebihan, sangking berlebihnya kasih sayang. Oleh sebab itu, saat memasuki usia ke-10 pernikahan, mereka berdua dikejutkan oleh takdir sehingga bersama satu kantor dalam marketing komunikasi.

Kiranya, itulah awal mula satu persatu masalah kemudian datang. Adanya perbedaan cara pandang terkait masalah, mulai ada moment untuk saling menyalahkan, mood yang selalu rusak kala berjumpa, hingga muncul isu-isu perselingkuhan, darikarenakan kedua belah pihak terlalu menutupi diri satu sama lain, merupakan sekelumit masalah yang mau tak mau harus dihadapi. Sekalipun enggan.

Akibatnya, sekalinya mencoba untuk mencari titik temu melalui pertemuan, malah hasilnya mereka enggan untuk bertemu. Rumah pun seakan dibagi dua, kamar sendiri-sendiri, kamar mandi dipisah, dan masing-masing menghabiskan waktu berteman dengan sepi.

Namun, semua itu berubah, Ramadan mulai menyapa, suatu moment dimana umat muslim diseluruh dunia pasti ingin berburu berkah dan menjaring pahala dari yang maha kuasa. Tanpa terkecuali Nanda dan Chris. Sekalipun sudah puluhan pertemuan yang tiada titik temu, selain menghasilkan amarah.

Maka keduanya, kembali coba untuk duduk bersama. Mencoba membuka obrolan untuk sejenak mengambil jeda dari beda pendapat ataupun lainnya selama Ramadan. Dan mereka bersepakat untuk melupakan sejenak masalah dan kembali menjalankan kehidupan seperti biasa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline