“Membuang satu sampah sangat biasa, tapi jika kita pikirkan lebih lanjut tentu akan bertambah sedikit demi sedikit menjadi bukit seperti kata pepatah”
Melihat persentasi volume sampah yang tersebar di Jakarta sebanyak 52.97% sampah dari pemukiman, perkantoran 27.35%, sekolah 5.32%, pasar 4%, industri 8.97% dan lain-lain 1.4%. Data tersebut menunjukkan
bahwa produsen terbesar sampah dari pemukiman, entah sampah makanan, minuman, hingga banyak sampah lainnya. Perlu langkah yang bijak serta tepat untuk dapat merubah paradigma sampah sebagai suatu hal yang meresahkan.
Dalam pengelolahan sampah dan tempat pembuangan sampah akhir, tentu tidak boleh sembarangan. Semisal sampah yang menumpuk. Kerapkali hal ini menjadi malapetaka yang merenggut korban jiwa dengan longsornya sampah. Belum lagi masalah kenyamanan yang dirasa ketika baunya mulai menusuk hidung. Tidak usah bertanya masalah kenyaman yang jelas kita sudah paham akan realita ini.
Dengan semboyan “selamatkan lingkungan dengan tanganmu sendiri.” Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Jakarta dan Green Student Movement (GSM) menggagas perlunya Pelatihan dan aksi konservasi air dan Pengelolahan Sampah di Wilayah Jakarta dan sekitarnya. Suatu bentuk partisipasi dan solusi dalam menangani masalah sumber daya air dan pengelolahan sampah. Maka dari hal tersebut WALHI dan GSM bergerak mulai dari tataran yang lebih kecil dan sederhana menuju pengelolahan lingkungan hidup yang lebih luas.
RW 09 Penjaringan, Jakarta Utara dipilih sebagai starting point dari kegiatan. Bukan tanpa alasan. Melihat dari realita daerah RW 09 tersebut yang padat penduduk dan menjadi langganan banjir yang otomatis pemukiman tersebut tidak luput dari sampah. Hari Kamis (26/1/2012), sekitar jam 2 siang ibu-ibu PKK beramai-ramai berkumpul di Kantor RW 09. Mereka tampak antusias dengan kegiatan ini. Betapa tidak? Mereka yang seharusnya berada dirumah untuk menjamu keluarga, lebih memilih untuk ikut berpartisipasi di pelatihan ini.
“Kegiatan Konservasi air dan pengelolahan sampah tersebut, mengajarkan satu hal yang begitu penting dimasyarakat, bahwa ternyata sampah-sampah dirumah tangga itu tidak hanya sekedar sampah yang tidak bermanfaat, namun dapat dimanfaatkan dan diolah sebagai pupuk kompos dan lain-lain. Disisi lainnya juga pengelolahannya mudah kemudian ramah lingkungan apalagi daerah sekitar RW 09 Penjaringan yang drainasenya tidak berguna sama sekali, ketika hujan bisa langsung banjir” ungkap La Ode Irham, Koordinator GSM Sulawesi Tenggara.
Ia juga menambahkan, “dengan pelatihan seperti ini ke masyarakat nantinya bisa mencegah terjadinya banjir, sebab peran sampah sangat Nampak sebagai faktor utama terjadinya banjir.”
Pelatihan dimulai dengan pemutaran film tentang desa Sukunan, Yogyakarta yang sukses dengan pengelolahan sampah secara mandiri. Dilanjutkan dengan materi-materi konservasi air dan pengelolahan sampah oleh pemateri dari WALHI. Bagong Suyoto, Dewan Daerah WALHI Jakarta mengatakan “seperti contoh kecil puntung rokok yang mengurainya bisa sampai 1-2 tahun. Belum lagi sampah plastic, sampah kaleng minuman yang memerlukan waktu yang lama untuk mengurainya. Otomatis dengan banyaknya sampah yang dibuang sembarangan dapat membuat air kita tercemar dan lingkungan yang kita tempati menjadi tidak nyaman untuk ditinggali. Jadi, solusi pasti ialah bergerak untuk memulai perubahan.”
Tidak hanya sebatas pemaparan tentang sampah semata, setelah sesi Tanya jawab, kegiatan dilanjutkan ke tahap praktek membuat dan menggunakan komposter. Alat-alat yang digunakan pun terhitung sederhana. Dengan tenang rekan-rekan dari WALHI dan GSM menunjukkan cara menggunakan hingga para ibu-ibu PKK benar-benar paham.
Tidak lupa tips-tips juga diberikan kepada warga agar tidak terjadi kesalahan dalam membuat kompos. “dalam membuat komposter yang paling penting, harus ada lubangnya agar sampah bisa menguap. Sampah yang taruh didalam komposter nantinya harus sering diberikan air, agar mempercepat sampah menjadi kompos. Ibarat manusia kalau haus, dikasih minum bisa bersemangat lagi. Nah, begitu pula sampah yang kering, jika diberikan air maka akan mempercepat prosesnya” tutur pak Bagong saat menjelaskan pada warga.
Ibu Roipah, Peserta pelatihan mengungkapkan, “saya berterima kasih atas adanya kegiatan ini, saya jadi ingin
Senada dengan ibu Roipah, ibu eliya rosa mengungkapkan rasa gembiranya mengikuti pelatihan. “saya berharap agar warga disini juga bisa melakukan konservasi air dan pengelolahan sampah secara mandiri, agar wilayah RW 09 menjadi bersih.” Ujarnya dengan semangat yang menggebu-gebu.memulai melakukan sesuatu agar sampah-sampah yang ada dapat didaur ulang.”
Acara ditutup dengan pemberian beberapa komposter secara simbolis kepada warga, agar kedepannya dapat dimanfaatkan sebagai upaya masyarakat menanggulangi sampah. WALHI dan GSM juga mengajak masyarakat agar selalu mengingat prinsip 3R (Reduse, Reuse, Recycle) agar kedepannya bisa maksimal. Besar harapan RW 09 bisa menjadi salah satu percontohan dalam system pengelolahan sampah kedepan.
“Kalau pribadi kita kurang peduli dengan sampah, maka orang lain juga akan sangat sulit peduli. Jadi mulailah perubahan dari diri sendiri sekarang juga” papar Akhmad Sekhu, Dewan daerah WALHI Jakarta.
[caption id="attachment_157603" align="aligncenter" width="681" caption="Ibu-ibu PKK RW 09"]
[/caption]
Sumber Foto: Dok. Pribadi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H