Lihat ke Halaman Asli

De Thasia

Writer

Liontin

Diperbarui: 19 Agustus 2023   15:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

PAGI itu kukayuh sepeda kesayanganku berputar mengelilingi taman di sekitar komplek tempat Omku tinggal. Ketika aku akan berhenti di sebuah pohon rindang, tiba-tiba sebuah sedan hitam dari arah berlawanan dan berkecepatan lumayan tinggi sengaja menyerempetku. Aku pun berusaha menghindar. Tapi jalanan yang licin karena hujan tadi malam, membuatku terjatuh juga.

BRAK!! "AUW!!" Aku mengelus-elus kakiku yang kesakitan.

Kulihat dua orang pria berpakaian serba hitam turun dari mobil yang ternyata berhenti. Mereka datang menghampiriku dan menodongkan sebuah benda tajam.

"SERAHKAN LIONTIN KAMU...!! CEPAT...!!" teriak si pria bertubuh agak pendek daripada temannya. Mereka berusaha merogoh isi kantong celana dan bajuku.

"LI...LI...LIONTIN APA? SAYA NGGAK PUNYA LIONTIN?!" Aku terus memberontak, tapi mereka terus memaksa. Padahal aku langsung teringat dengan Liontin perak berbentuk hati yang lupa kupakai setelah mandi kemarin sore.

"ALAA...NGGAK USAH PURA-PURA KAMU!! CEPAT SERAHKAN!" Si pria yang bertubuh lebih tinggi akhirnya ikut berteriak karena kesal tidak menemukan apa yang dicarinya.

Wajah mereka tidak begitu jelas karena mereka memakai topeng berbahan wol. Hanya mata, lubang, hidung dan mulut mereka yang terlihat. Untung saja aku berhasil meraih beberapa batu dan melemparinya ke tubuh mereka. Tentu saja mereka berusaha menghindari lemparan batuku. Aku pun mengambil kesempatan ini untuk melarikan diri dan pergi sejauh--jauhnya. Hari itu sebenarnya aku ragu untuk bersepeda. Karena semalam hujan deras mengguyur kota Bogor dan baru berhenti pagi ini. Biasanya taman di komplek Omku ramai, tapi kali ini pasti sepi. Soalnya orang-orang malas keluar rumah setelah hujan baru turun. Hampir tidak ada seorang pun yang berada di taman. Kecuali aku yang memang tidak pernah betah berada di rumah Omku--yang penuh dengan barang-barang antik koleksinya--yang sedang pergi tugas keluar negeri. Menurutku, barang--barang itu hanya membuat pusing kepala dengan bentuknya yang beraneka macam. Mulai dari yang menakutkan sampai yang tidak jelas, apakah itu patung manusia atau hewan? Rasanya liburanku kali ini tidak akan terasa nyaman dengan kejadian yang baru kualami tadi pagi. 

*****

"TERUS lo nggak lapor satpam atau polisi, Va? Nyam...nyam..." Ana masih terus mengunyah permen karetnya.

"GILA LO, AN! Ngemil sih ngemil tapi permen gue jangan dihabisin dong!" Aku setengah berteriak karena setoples permen karetku hanya tinggal separuh. Ana memang sahabatku yang paling gemuk diantara kami bertiga dengan hobi makannya. Untungnya dia memiliki model rambut yang membuat pipinya tidak terlihat tembam. Ana meringis kesakitan karena tangannya kucubit.

"AUW! Sakit tahu?" Ana mengelus-elus lengan kirinya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline