Sungai Mahakam yang terletak di Provinsi Kalimantan Timur dan mengalir ke Selat Makassar merupakan sungai terbesar di wilayah tersebut. Dengan panjang sekitar 920 kilometer, luas aliran mencapai 149.277 km2, dan kedalaman rata-rata mencapai sekitar 30 meter. Sungai Mahakam tidak hanya menjadi pusat aktivitas warga Kaltim dan masyarakat sekitarnya, namun juga menjadi inti kehidupan Kota Samarinda. Peranan Sungai Mahakam sangat vital dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari. Sungai ini tidak hanya berfungsi sebagai sumber air minum, tetapi juga menjadi basis perekonomian, jalur transportasi, tujuan wisata, dan masih banyak lagi. Selain itu, sungai ini juga memiliki habitat khusus Pesut Mahakam yang menjadi simbol Kota Samarinda.
Sungai Mahakam berperan penting dalam menyediakan kebutuhan manusia dan ekosistem sekitarnya. Berbagai aktivitas manusia baik dari sektor industri maupun rumah tangga mempengaruhi kualitas sungai ini. Sungai Mahakam juga menjadi sumber air baku dan air minum yang diolah oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), dengan menekankan kontribusinya terhadap kehidupan sehari-hari dan kesejahteraan masyarakat setempat.
Air adalah zat yang terbentuk dari unsur kimia hidrogen dan oksigen, dan dapat ditemukan dalam bentuk gas, cair, atau padat. Keberadaan air mempunyai peran sentral dalam menjaga kelangsungan hidup setiap individu. Sebagai cairan yang tidak memiliki rasa atau aroma pada suhu ruangan, air memiliki kemampuan untuk melarutkan berbagai zat lainnya. Kehidupan diyakini berasal dari lingkungan berair, dan organisme hidup bergantung pada lingkungan tersebut, seperti cairan tubuh seperti darah dan saluran pencernaan. Oleh karena itu, air merupakan unsur krusial dalam kehidupan segala bentuk makhluk hidup. Kebutuhan asupan air yang cukup setiap hari sangat penting bagi kesehatan tubuh manusia. Air juga berperan besar dalam aktivitas sehari-hari, seperti mandi, mengolah makanan, mencuci pakaian, mencuci piring, dan lain sebagainya.
Seiring berjalannya waktu, Sungai Mahakam mengalami pencemaran akibat aktivitas makhluk hidup di sekitar alirannya, yang kemudian memberikan dampak buruk bagi masyarakat setempat. Pencemaran atau penurunan kualitas air di Sungai Mahakam disebabkan oleh aktivitas industri, peternakan, perikanan, pertambangan dan aktivitas di sekitar sungai yang menghasilkan limbah domestik dan non-domestik. Hal ini merugikan manusia dan lingkungan.
Berkurangnya luas hutan di Kalimantan Timur juga berkontribusi terhadap pencemaran sungai, karena fungsi alam tidak dapat berfungsi maksimal jika salah satu komponennya rusak. Akibatnya kualitas air Sungai Mahakam menurun sehingga berdampak pada produksi air bersih PDAM Tirta Kencana di Samarinda. Pencemaran air terjadi akibat adanya limbah yang mencemari sungai, sehingga diperlukan tindakan lebih lanjut untuk mencegah pencemaran Sungai Mahakam. Dari hasil pengukuran, jenis mikroplastik yang paling dominan di Sungai Mahakam adalah serat plastik sebesar 71,8%, sedangkan jenis filamen atau lembaran mencapai 23,2%. Mikroplastik ini berasal dari cairan rumah tangga, terutama dari proses laundry. Sayangnya, pencemaran Sungai Mahakam tidak bisa sepenuhnya dihindari. Aktivitas pertambangan, limbah kelapa sawit, penangkapan ikan ilegal dan pembuangan limbah minyak oleh kapal di wilayah daerah aliran sungai (DAS) merupakan penyebab utama pencemaran. Dengan mengurangi dan mengelola faktor-faktor tersebut secara efektif, Sungai Mahakam berpotensi mendukung perikanan dan menyediakan sumber air bersih yang bermanfaat bagi semua pihak.
Beberapa individu berpendapat bahwa membuang sampah organik, anorganik, dan sampah lainnya ke sungai atau lingkungan sekitar tidak menimbulkan dampak buruk. Namun jika tindakan tersebut dilakukan terus menerus tanpa penanganan yang tepat maka dapat menimbulkan penumpukan sampah yang pada akhirnya berpotensi menimbulkan dampak negatif seperti penyebaran diare, demam berdarah, kolera, dan tifus dengan kecepatan tinggi. Sampah yang tidak dikelola dengan baik dapat mencemari air tanah yang kemudian dikonsumsi oleh masyarakat, sehingga berpotensi menimbulkan berbagai penyakit bagi kesehatan kita. Pencemaran Sungai Mahakam bukan hanya persoalan lingkungan hidup, tapi juga ancaman terhadap kesejahteraan masyarakat yang terkena dampak sungai tersebut. Air yang terkontaminasi dapat merusak ekosistem sungai dan juga merugikan masyarakat yang mengandalkan sungai sebagai sumber penghidupan, khususnya nelayan dan petani. Pencemaran sungai tidak hanya mengancam aspek perekonomian, namun juga mengancam kesehatan masyarakat. Air yang tercemar dapat menimbulkan penyakit yang berdampak negatif terhadap kualitas hidup manusia.
Sebagaimana yang terjadi di lingkungan kita, kejadian banjir yang sering terjadi di Kota Samarinda disebabkan oleh sampah-sampah terkontaminasi yang dibuang sembarangan, terutama di sungai atau saluran air lainnya. Hal ini mengakibatkan terjadinya penumpukan dan penyumbatan aliran air sehingga menghambat kelancaran aliran air dan turut menyebabkan terjadinya banjir. Selain itu, timbunan limbah dapat meningkatkan pH air Sungai Mahakam yang jika dikonsumsi dapat membahayakan kesehatan manusia. Meski air sungai telah diolah terlebih dahulu sebelum didistribusikan, namun tetap ada kemungkinan terjadinya pencemaran yang berdampak pada kesehatan tubuh dalam jangka panjang. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah untuk terus memantau dan mengelola pengolahan sampah di Kalimantan Timur dengan baik guna mencegah dampak negatif lebih lanjut.
Dengan melakukan kampanye pembersihan Sungai Mahakam secara terorganisir dan terjadwal, masyarakat dapat mengurangi sumber pencemaran dan mengembalikan keseimbangan ekosistem air. Pemberian program edukasi kepada masyarakat juga akan meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga kebersihan dan mengurangi pencemaran sungai dan lingkungan. Selain itu, langkah yang dapat dilakukan antara lain upaya mengembangkan alternatif ramah lingkungan. Hal ini dapat dilakukan dengan mendorong penggunaan produk ramah lingkungan dan mengembangkan bahan pengganti yang cepat terurai. Pemerintah juga harus menerapkan kebijakan yang tegas terhadap limbah industri, memastikan industri yang berada di sekitar Sungai Mahakam mampu mengelola limbahnya secara efektif dan menggunakan teknologi ramah lingkungan sesuai dengan standar pengelolaan yang berlaku. Sebab, peran kunci dalam mendukung dan mendorong perubahan ke arah yang lebih baik terletak pada masyarakat.
Penyebab meningkatnya jumlah sampah atau limbah di Sungai Mahakam diduga karena kurangnya kesadaran edukasi masyarakat, khususnya yang tinggal di sekitar sungai. Hal ini terkait dengan minimnya layanan pengangkutan sampah dari rumah warga ke tempat pembuangan sampah (TPS). Selain itu, kebijakan Pemerintah Kota yang mengurangi jumlah TPS dalam upaya memperindah lingkungan Kota Samarinda juga mempersulit masyarakat dalam membuang sampah sehari-hari. Oleh karena itu, sudah saatnya kita mengambil tindakan dan bergerak dalam upaya mengurangi sampah. Penting untuk tetap mewaspadai dampak berbahaya sampah yang sudah ada di sekitar kita, oleh karena itu perlu meningkatkan kesadaran dan kepedulian kita terhadap masalah sampah. Mulailah dengan mengurangi, memilah dan mengelola sampah dari rumah untuk meminimalkan dampak sampah terhadap lingkungan dan aliran Sungai Mahakam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H