Aurora sejatinya adalah fenomena alam yang menghasilkan pancaran cahaya yang menyala-nyala dan menari-nari di langit malam pada lapisan ionosfer dari sebuah planet.
Ini merupakan fenomena yang terjadi akibat ada interaksi antara medan magnetik yang dimiliki sebuah planet dengan partikel bermuatan yang dipancarkan oleh Matahari yang disebut angin surya.
Fenomena ini hanya bisa dinikmati di negara yang jauh dari garis khatulistiwa, salah satu negara yang fenomena alamnya bagus untuk dilihat adalah Selandia Baru.
Mengutip dari laman resmi NASA, spaceplace.nasa.gov, aurora terjadi ketika badai Matahari datang ke arah Bumi. Sebagian energi dan partikel kecil dapat melakukan perjalanan ke garis medan magnet di Kutub Utara dan Kutub Selatan ke atmosfer Bumi.
Di sana, partikel berinteraksi dengan gas di atmosfer Bumi menghasilkan cahaya yang indah menari-nari di atas langit. Warna hijau yang kerap kali muncul pada aurora berasal dari oksigen.
Kendati demikian, oksigen ini juga terkadang mengeluarkan cahaya berwarna merah. Sementara nitrogen akan menghasilkan sinar berwarna biru dan ungu pada aurora.
Berbicara tentang aurora, di Bumi ada dua nama aurora yang sudah dikenal. Yang pertama adalah aurora Borealis. Fenomena ini umumnya terjadi di langit bagian Kutub Utara dan dinamai bersempena Dewi Fajar Rom, Aurora, dan nama Yunani untuk angin utara, Boreas. Ini karena di Eropa, aurora sering terlihat kemerah-merahan di ufuk utara seolah-olah matahari akan terbit dari arah tersebut. Aurora borealis selalu terjadi di antara bulan September dan Oktober dan Maret dan April. Fenomena aurora di sebelah selatan yang dikenal dengan Aurora Australis mempunyai sifat-sifat yang serupa. Tapi kadang-kadang aurora muncul di puncak gunung di iklim tropis.
Nama : Desy Komalasari
NIM : 211011550045
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H