Lihat ke Halaman Asli

Artis di Panggung Politik: Kualitas atau Popularitas?

Diperbarui: 26 Juni 2015   16:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Keterlibatan sejumlah artis dalam ajang pemilihan kepala daerah (pilkada) dan anggota dewan semakin marak belakangan ini. Seolah menjadi tren, sebagian parpol-punberlomba-lomba menggaet artis demi popularitas. Entah karena memang dianggap berkualitas atau hanya sekedar popularitas sehingga parpol rela menggaet mereka demi mendongkrak kemenangan di ajang bergengsi tersebut. Keberadaan artis yang notabene bukan kader parpol atau memiliki latar belakang pendidikan politik yang cukup, memunculkan beberapa tanda tanya. Pertama, apakah proses kaderisasi parpol selama ini tidak berjalan dengan baik? Tidak adakah calon kredibel yang layak untuk diusung? Sehingga mereka rela menggantinya dengan orang lain yang belum jelas prinsip dan komitmennya. Kedua, dari sisi artis, apakah mereka mampu dan memiliki pendidikan politik yang cukup untuk memimpin dan mengambil keputusan secara bijak? Ketiga, apakah masyarakat dengan mudah dapat menerima pemimpin hanya karena popularitasnya?

Terjunnya artis ke panggung politik sebenarnya bukan hal baru karena di dunia internasional pun ini sudah lama terjadi. Sebut saja aktor laga Hollywood Arnold Schwarzeneger yang saat ini menjadi Gubernur California, Joseph Estrada yang menjadi Presiden Filipina, dan Ronald Reagan sebagai Presiden Amerika di era '80-an. Mereka dapat membuktikan bahwa bukan semata-mata modal ketenaran yang dibawa, namun juga kemampuan dan integritas yang baik. Jika melihat fenomena yang terjadi di Indonesia saat ini seolah terjadi penyempitan makna akan keterlibatan artis ke dunia politik. Bukan lagi mempersoalkan integritas dan komitmennya, tapi sekedar popularitasnya. Popularitas memang memudahkan artis sekaligus partai untuk dikenal masyarakat luas sehingga tidak perlu mengekspos diri secara berlebihan. Namun yang lebih penting untuk dibuktikan adalah komitmen dan kerja keras mereka pasca kemenangan yang harus dipertanggungjawabkan lima tahun ke depan.

Kemenangan artis di sejumlah pemilihan kepala daerah dan anggota dewan menjadi fenomena politik praktis saat ini. Keinginan untuk terjun dalam dunia politik dan maju sebagai pemimpin pada dasarnya adalah hak setiap warga negara sejauh memenuhi syarat yang ditentukan. Namun, lulus secara administratif saja tidak cukup, tanpa dibarengi dengan visi dan komitmen yang kuat. Tanpa bermaksud merendahkan beberapa artis yang mencoba terjun ke dunia politik, alangkah baiknya jika dilihat kembali kredibilitas mereka sehingga parpol-terlebih masyarakat-tidak salah pilih pemimpin.

Aksi yang dilakukan oleh masyarakat Pacitan untuk menolak pengusungan Julia Perez sebagai cawabup dapat menjadi pelajaran bahwa masyarakat sudah semakin kritis dan sadar akan hadirnya figur pemimpin yang kredibel dan berintegritas. Figur pemimpin yang bukan sekedar “aji mumpung”. Figur pemimpin yang dapat memahami aspirasi dan memihak rakyatnya. Apakah Indonesia sedang mengalami krisis kepemimpinan?




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline