Lihat ke Halaman Asli

Desy Pangapuli

Be grateful and cheerful

Dilematis antara Ibadah dan Pendidikan Jika Sekolah Libur Selama Ramadan 2025

Diperbarui: 15 Januari 2025   01:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://www.suara.com/

Libur Ramadan 2025 masih sebatas wacana.  Artinya belum ada keputusan resmi pemerintah terkait meliburkan sekolah selama bulan puasa.  Pernyataan ini sudah disampaikan oleh Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Pratikno.

"(Libur Ramadhan) belum kita diskusikan.  Siang ini saya baru bertemu dengan Pak Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti," kata Pratikno di Jakarta Utara, Senin (13/1/2025).  Dikutip dari: kompas.com

Namun reaksi beragam sudah ada di tengah masyarakat.  Baik dari kalangan orang tua, ataupun peserta didik.  Ada yang mendukung, dan ada yang tidak.  Masing-masing pendapat mempunyai pertimbangannya.  

Maka pemerintah mempertimbangkan 3 opsi setelah mendengar suara masyarakat yang berkembang, yaitu:

  • Libur penuh selama bulan Ramadan
  • Libur sebagian, artinya hanya beberapa hari di awal bulan Ramadan.  Lalu masuk sekolah kembali hingga menjelang Idul Fitri
  • Tidak libur, atau masuk sekolah selama Ramadan

Wacana libur selama Ramadan seakan memberikan kesan bulan puasa adalah waktu beribadah.  Sedangkan pendidikan seolah tidak mendukung kegiatan ibadah.  Sementara selama ini bukankah dunia pendidikan juga menanamkan nilai-nilai Pancasila dalam proses pembelajaran di sekolah.  Sila pertama, Ketuhanan yang Maha Esa telah menekankan pada nilai kemanusiaan, toleransi, saling menghormati, menghargai dan bahkan kebebasan memeluk agama dan beribadah di negeri ini.

Namun kita sepakat untuk menghormati setiap pendapat, tanpa menghakimi.  Kita juga sadari Indonesia adalah negeri yang beragam suku, budaya, bahasa, makanan dan bahkan agama/ keyakinan.  Sebagai negeri dengan mayoritas Muslim, secara keseluruhan terdapat 6 agama di negeri ini.   Jelas tidak mudah untuk hidup berdampingan.  Artinya toleransi menjadi kata kunci.  Sedari dini anak-anak di negeri ini telah tumbuh dan diajarkan untuk hidup berdampingan dengan saudara non-Muslim.  Sejatinya inilah yang harus terus ditanamkan seperti yang tertuang pada Pancasila.

Hanya saja jika sudah menyangkut agama ataupun ibadah maka isu menjadi sensitif.  Tanpa mengurangi rasa hormat, bukankah pendidikan juga bagian dari ibadah?  Kemudian momentum bulan Ramadan bisa dijadikan perwujudkan dari Pancasila.

Hal senada juga pernah disampaikan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Dakwah dan Ukhuwah, Cholil Nafis agar mempertimbangkan pembelajaran dan tak semua murid di sekolah umum Muslim.  Serta mengatakan jika berpuasa sambil belajar dilakukan, siswa akan terbiasa.  Kendati demikian, jika hal tersebut mengurangi produktivitas, perlu dipertimbangkan kembali.

"Karena sebenarnya orang berpuasa dengan belajar itu kalau dibiasakan, tidak mengganggu. Tapi kalau dimaklumi karena lapar dan seterusnya maka menjadi tidak produktif oleh Nabi Muhammad SAW ya pendidikan itu pada saat puasa tidak terganggu, bahkan ada peperangan di saat bulan puasa," imbuhnya.   Dikutip dari: detik.com

Sekalipun libur bulan puasa pernah terjadi di era Presiden ke-4 RI, Abdurahman Wahid atau Gus Dur.  Tetapi pendidikan di negeri ini kondisi dan faktanya sudah sangat jauh berbeda.  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline